Udung, Peternak Hwa Mei asal Ciamis
Kontesburung.com – Siapa bilang beternak burung itu sulit?, selama mau bersabar dan terus mencoba kesuksesan akan datang dengan sendirinya. Sebagai mana yang dijalani oleh Udung, peternak yang sukses menangkarkan Hwa Mei. Meski ia sudah punya pengalaman banyak diternak Kacer dan Murai batu, ternyata untuk mencoba beternak Hwa Mei tidak semulus yang diinginkannya.
Sebenarnya kalau melihat pengalaman beternak, Udung sudah cukup mumpuni, karena bapak tiga anak ini memulai beternak burung ocehan sejak tujuh tahun lalu yang mengawali dengan menjodohkan dua pasang Kacer. Sebagai burung fighter, awalnya memang susah, tapi dengan kesabaran akhirnya beberapa bulan berikutnya kedua indukan kacer tersebut bisa menghasilkan anakan.
“Tapi sebelum menghasilkan anakan, kedua indukan kacer tersebut perlu waktu cukup lama untuk bisa jodoh. Saat sudah bertelurpun kadang telur dibuang, demikian juga waktu awal anakan nentas kadang juga dibuang. Sambil pelajari penyebabnya masalah tersebut, akhirnya sekarang sudah tidak lagi alias lancar,” terang pria kelahiran 1983 yang akrab dipanggil Udung.
Setelah sukses dari kedua indukan tersebut, pria bertubuh kurus baru memberanikan nambah kandang kacer sampai sekarang menjadi 10 kandang. Sukses ternak Kacer, mulailah pria yang tinggal di Desa Handapherang, Kec.Cijunjing Kabupaten Ciamis, mencoba nangkar Murai Batu. Mengawali dengan dua kandang kendala yang dialami tak jauh beda saat mengawali Kacer, tapi dari pengalaman yang cukup Muraipun berhasil dia tangkarkan dan sampai saat ini Udung punya 15 kandang indukan Murai batu.
Setelah sukses nangkar didua jenis burung diatas, ternyata tak membuat Udung puas, ia malah berminat mencoba menangkar Hwa Mei. Alasanya karena semasa kecil ia suka mendengarkan suara Hwa Mei milik tetangga. Ia mencoba beli Hwa Mei muda hutan ke seorang teman dengan barter anakan murai batu. Waktu itu ia tidak melihat apakah Hwa Mei yang dibeli dan dipasangkan itu cukup umur atau masih muda.
Karena saat menjodohkan perlu waktu yang cukup lama yakni sekitar setahun setengah, pasangan tersebut baru mulai bertelur dan menghasilkan satu ekor anakan. Rentang waktu yang cukup lama yakni tujuh bulan berikutnya, jumlah anakan yang menetas dari kedua indukan meningkat menjadi dua. Kemudian setelah itu indukan sudah terbiasa dengan lingkungan, sehingga dalam waktu tak sampai dua bulan keduanya selalu menghasilkan anakan yang jumlahnya antara 2 sampai 3 ekor. Bahkan yang saat ini direami ada 4 anakan.
“Sampai saat ini kalau dihitung sudah sembilan kali tetasan dari kedua pasang indukan. Kalau dirata rata setiap netas dua ekor anakan, maka anakan Hwa Mei yang saya hasilkan sekitar delapan belas anakan. Sebagian besar saya jual sepasang sebelas juta, dan ada sepasang yang saya besarkan untuk dijadikan induk,” terang pria yang punya nama lengkap Udung Abdullah.
ANAKAN MAHAL KARENA JINAK DAN MASTERAN
Ada sebagian kicaumania yang tergiur untuk ikut menangkar, ada juga yang kaget kalau anakan Hwa Mei ternyata cukup tinggi. Mengapa demikian? Menurut Udung anakan Hwa mei dari tangkaran memiliki banyak kelebihan, misalnya cukup jinak tidak liar seperti yang dibeli dipasar kebanyakan tangkapan hutan.
Kemudian sejak kecil sudah dimaster dengan burung lain, sehingga irama lagunya sangat variatif, dan kalau besar nanti bila burung tersebut dilombakan peluang untuk menjadi juara lebih besar. Pakannya juga tidak susah, hanya ngandalkan voor dan jangkrik hwa mei tersebut sudah bisa menjadi burung yang sehat dan rajin bunyi setiap saat.