Merasa Tidak Seirama: Bos IKB Mr. Herman Undur Diri dari Oriq Jaya Bali
Dalam sebuah konser orchestra, jika semua crew music mengikuti gerak konduktor dalam memainkan lagu maka alunan irama akan terdengar merdu. Bahkan mampu membius telinga pemain. Begitu juga dalam sebuah organisasi. Jika dalam mengelola organisasi sudah berjalan seirama, maka organisasi akan tumbuh sehat, bugar dan menguntungkan tidak saja anggotanya tetapi juga orang-orang atau masyarakat sekelilingnya.
Namun ketika sudah merasakan tidak seirama, tidak lagi berada di jalur satu visi dan missi, maka organisasi akan berjalan pincang. Karena itu, bos Istana Kenari Bali (IKB) Mr. Herman memilih mengundurkan diri dari Oriq Jaya Bali setelah merasakan sudah tidak sejalan.
Mr. Herman yang dikenal sebagai suplayer terbesar pakan burung dan sarana-prasarana burung di wilayah Bali hingga Nusra adalah orang pertama yang dekat dengan pimpinan Oriq Jaya. Dari Herman kemudian Oriq Jaya berdiri di Bali di bawah kelola orang-orang yang dipercaya. Herman yang menjabat sebagai pembina kemudian lebih banyak mensupport baik materi maupun melalui produk-produk Oriq Jaya agar lebih dikenal pemain.
Seiring perjalanan waktu, Herman merasakan ada sesuatu yang pincang dari komitmen awal. Agar tidak menimbulkan ekses antara IKB sebagai suplayer besar di Bali dengan organisasi Oriq Jaya di Bali yang semakin disegani kicau mania, maka Herman sebagai pembina memilih mengundurkan diri dari Oriq Jaya. Dengan demikian, IKB bisa konsen mengembangkan bisnisnya di semua produk yang ada. Begitu juga sebaliknya, Oriq Jaya Bali bisa semakin profesional dan transparan dalam menata organisasi.
Sebagai suplayer terbesar, IKB tidak saja menyediakan semua jenis produk pakan, obat, sangkar, aksesoris dll juga mampu bersaing harga dengan kompetiter. Selain outletnya di Istana Kenari Bali di Pasar Burung Satria, juga ada di Tabanan serta beberapa gudang penyimpanan barang di Jalan By Pas Kediri Tabanan. *kb3