Mejeng Murai Batu Mania, Bangkitkan Murai Batu Tumbuhkan Semangat Beternak
TAHUN 2014-2015, penggemar murai batu yang rajin ke arena kontes terbilang minim. Terlebih lagi yang mau turun di level latberan. Namun tampak berbeda sekarang. Hingar-bingar pertarungan murai di arena kontes latber, lokal hingga nasional terbilang wah. Perang selalu ditabuh di setiap lomba. Tidak saja adu nyali antar-gaco, tetapi sekaligus adu gengsi sang empunya. Tidak saja kemeriahan, persaingan, dan ketegangan selalu menjadi tradisi pertarungan kelas murai, juga gemebyar peternak murai batu yang tumbuh subur di luar lapangan.
Fenomena kelas murai batu cenderung ramai dengan gengsinya yang tidak pernah pudar, tidak terlepas dari pasokan bahan yang melimpah. Tidak saja datang dari peternak yang terus aktif berproduksi di Bali, tetapi juga para suplayer yang rajin berburu burung-burung prospek dan materi kandang di Jawa hingga ke Sumatera. Salah satu komunitas murai batu yang bersumbangsih besar membangkitkan murai batu di arena kontes dan menumbuhkan semangat para peternak yakni komunitas Mejeng Murai Batu Mania (MMBM) yang berhome base di Jalan Tirta Tawar Tegallalang Ubud Gianyar Bali. Sejak membangun komunitas MMBM yang rajin dikunjungi murai mania dan rutin diaploud di media social sejak Agustus 2016, kini sudah melepas ratusan materi dan sudah memasuki ring ke 500 lebih. ‘’Permintaan murai prospek lomba dan indukan begitu tinggi, sampai-sampai kami kehabisan stok beberapa pecan ini,’’ ungkap Irul BML, penggagas MMBM bersama Mr. Hery dll.
MMBM dengan cincinnya BML melayani burung-burung prospek lomba, bahan materi kandang, hingga ekor panjang. Banyak peternak yang merasakan kehadiran MMBM di antaranya Putu Payangan yang kini memiliki 20 kandang dan sudah produksi, Afan Juan di Asrama 741 Kuta yang juga beternak murai, Mr. Dalung yang kini mengembangkan 37 kandang dan beberapa koleksi ekor panjang. Dan masih banyak lagi. Mereka rata-rata bermaterikan BML dan sudah berproduksi.
Tidak terhitung juga para pemain yang berhasil memoncerkan di lapangan di antaranya Andika Putra asal Ubud, Eka Diana yang melejitkan Satria Muda di ajang BNR dan juga ternak ekor panjang. Selamet Nusa Dua, Dian Ubud ring 052, Udin Jagung Bakar ring 073, Wahyu Bae yang mengorbitkan Marques di Klungkung. Pepi Murai asal Banyuwangi yang banyak memborong ring BML yang sudah siap diorbitkan.
MMBM KEMBANGAKAN PRODUKSI
Selain anggota komunitas MMBM rajin mengembangkan murai di tempatnya masing-masing, juga di home basenya di Tegalalang sejak lama juga membuka lima kandang yang saat ini aktif berproduksi. Seluruh indukannya dari muda hutan jenis medan yang sudah diuji di arena kontes dan tiga di antaranya ekor panjang. Sedangkan seluruh betinanya rata-rata gacor dan mengeluarkan tembakan cilinin dan cucak jenggotan. Bagi pemilik BML BF Mr. Irul BML, dipastikan materi indukan mempunyai sifat atau mental petarung yang kuat. Karena materinya sudah teruji, sejak dikembangkan, tidak satu pun anakannya yang masih tersisa. Semua terserap pasar. ‘’Saya ngalah dulu, biarkan teman-teman ambil dulu agar bisa dipakai main. Makin banyak murai beredar maka kelas murai akan semakin ramai,’’ terang Irul BML, pengusaha kap lampu untuk ekspor.
Ring BML BF baik dari muda hutan maupun tetasan kandang begitu diterima kalangan pemula tidak terlepas dari harga yang ditawarkan terjangkau bagi kalangan pemula dan sesuai dengan kualitas yang dijanjikan. Rata-rata sudah bermaterikan cililinan, kapas tembak, gerejaan dengan materi volume yang layak. Begitu juga bakal indukan yang rata-rata siap produksi.
Ratusan materi indukan, burung prospek dan juga anakan yang disebar selama ini oleh komunitas MMBM telah menghidupkan permuraian di arena kontes di Bali. Pertarungan di kelas murai kini bukan lagi menjadi arena adu gengsi kalangan elite, tetapi juga ajang ekspresi dan eksplorasi kaum pemula. Tidak sedikit jawara murai di tangan elite bermula dari tangan pemula. Tidak sedikit si kuda hitam muncul dari kalangan pemula. Satu bukti bahwa siapa pun punya kesempatan duduk di singasana kelas murai batu. *kb3