Pri BF Mojokerto – Kupas Tuntas Penangkaran dan Perawatan Trotolan Murai Batu dari Indukan Prestasi Lapangan
Berjibaku di dunia perburungan sejak tahun ‘90an, Supriyanto lelaki pensiunan salah satu pabrik swasta di Surabaya yang berdomisili di Ds. Jasem, Ngoro – Mojokerto ini memang sudah banyak menorehkan prestasi burung – burung Murai Batu andalannya di kancah even Regional hingga Nasional.
Tak hanya itu saja, Bapak 3 orang putra ini juga ikut andil mengelolah dan membesarkan nama 3 gantangan yang tetap eksis sampai sekarang ini dan juga sebagai penasehat even organizer di Mojokerto, hal ini karena ketelitian dan kejeliannya menilai kinerja burung saat berlaga terutama di kelas ocehan.
Salah satu hal lain yang menarik dari Supriyanto yang akrab disebut Pri BF Mojosari ini yaitu tentang penangkaran burung Murai Batu yang dimulainya sejak tahun 2005. Total 16 kandang yang berisi indukan prestasi lapangan tentu saja membuat Murailovers banyak yang antri untuk mendapat trotolan dari kandang Pri BF.
Berikut ulasan tentang kandang Pri BF Mojosari:
Ukuran Kandang
Dengan materi kandang bernuansa semi alam, menjadi tolak ukur Pri BF untuk memberikan kenyamanan dan untuk meningkatkan hasil produksi. Ukuran kandangnya adalah panjang 2 meter x lebar 1,20 meter dan tinggi 2 meter yang berisi glodok, kolam untuk mandi, tempat pakan dan tumbuhan yaitu pohon Beringin. Bagian atap sengaja disisahkan 30cm terbuka yang bertujuan agar sinar matahari bisa langsung masuk dan apabila musim hujan, air hujannya juga ikut masuk.
Proses Penjodohan
Berangkat dari indukan prestasi yang notabene bertipikal fighter, mempunyai tingkat kesulitan tersendiri saat proses perjodohan oleh karena itu harus bisa mengenal karakter dari pejantannya karena apabila terjadi kesalahan akan berakibat fatal yaitu indukannya bisa mati dihajar oleh pejantan. Untuk menyikapinya, kondisi birahi pejantan diturunkan dengan cara mengurangi komposisi pakan yaitu cukup dengan jangkrik dan voer.
Untuk indukan harus bisa diselaraskan dengan karakter pejantan, sudah siap kawin dan pernah mengeluarkan telur. Komposisi pakan untuk menaikkan birahi betina adalah cacing tanah dan kroto, sebelum dikenalkan dengan pejantan, 1 atau 2 hari sebelumnya betina dimasukkan dalam kandang supaya bisa mengenal situasi kandang. Setelah itu, pejantan yang masih berada di dalam sangkar di masukkan ke dalam kandang.
Setelah proses perkenalan yang biasanya sekitar 1 sampai 2 minggu atau bisa dilihat kalau betina dan pejantan sudah saling mendekat, maka penjantan dilepas. “Untuk waktu pelepasan pada sore hari, biasanya pejantan langsung mandi dan diikuti oleh betina kemudian pejantan melihat situasi glodok dan mengundang betinanya. Selang beberapa hari setelah rukun, untuk mempercepat preses perkawinan di genjot dengan pakan alami untuk reproduksi yaitu cacing 1 hari sekali fooding yang banyak mengandung protein,” ungkap Pri BF.
Masa Bertelur, Mengeram, Menetas sampai Panen
Menurut Pri BF pada saat bertelur, betina mengeluarkan telur tiap hari yang rata – rata per kandangnya berjumlah 2-3 butir telur. Waktu untuk mengerami telur sekitar 12 – 13 hari, dan dalam proses ini tergantung dengan tipikal dari pejantan. Kalau pejantannya tipikal setia, biasanya untuk mengeram bergantian dengan betina.
Pada saat telur pertama menetas, yang perlu diperhatikan adalah pejantan karena berkarakter fighter yang ditakutkan adalah akan mematuk anaknya oleh karena itu perlu pengawasan ekstra pada si pejantan.
Setelah menetas, untuk fooding seperti Kroto, Jangkrik, Ulat dan Voer harus dipenuhi. Saat proses pemberian makan oleh indukan juga sangat berperan penting untuk menurunkan genetika sekaligus anti bodi dari indukan. Selang 7 – 10 hari selanjutnya maka anakan di panen. Pasca panen, sekitar 7 – 14 hari indukan betina akan bertelur lagi.
Masa Meloloh dan Pembentukan Karakter
Selain indukan yang berkualitas, masa saat meloloh sampai bisa nangkring sendiri juga berperan penting untuk pembentukan karakter anakan Murai Batu. Untuk komposisi pakan harus mengandung nutrisi tinggi seperti Kroto, Ulat Hongkong, Jangkrik dan Voer.
Untuk ukuran sangkar harus besar agar trotolan bisa leluasa bergerak dan selain itu untuk perawatannya dengan cara kasar agar burung tidak terlalu jinak. Cara ini memang sangat dianjurkan oleh Pri BF untuk membentuk karakter fighter dari trotolan.
Dalam keseharian perawatan trotolan, tiap hari di jemur sekitar 10 -15 menit di pagi hari dan setelah itu dimasukkan dalam ruangan yang berisi burung – burung master agar bisa berinteraksi dan merekam suara dari burung master tersebut.
Dengan sistem penangkaran yang di kelola Pri BF Mojosari ini, untuk sirkulasi panen apabila kondisi lancar bisa 1 bulan sekali yg rata – rata 2 – 3 ekor trotolan tiap kandangnya. Bisa dibayangkan untuk 16 kandang, berapa ekor trotolan yang bisa dipanen dari kandang Pri BF Mojosari tiap bulannya.
Selain itu, dengan sikap ramah tamahnya Pri BF tidak segan untuk berbagi ilmu tentang penangkaran dan sekitar perawatan burung Murai Batu pada peternak pemula dan pemain lomba burung. Tak heran kalau rumah Pri BF sering kali didatangi oleh tamu baik dari kawasan Mojokerto bahkan sampai luar pulau Jawa.