Breeding

Agus Dokter Murai Mojokerto, Ahli Menjodohkan Murai Hingga Mau Berpoligami

Namanya cukup dikenal di Mojokerto sebagai seorang penangkar Murai Batu yang sukses. Ketika belum banyak peternak murai yang berhasil mempoligamikan murai, ia sudah bisa melakukannya. Karena tak pelit berbagi ilmu, ia lalu dikenal sebagai dokter murai.

Agus Harijoto bukan seorang dokter hewan, tapi bila ada kicau mania, khususnya yang memelihara Murai Batu mengalami kesulitan dalam menjodohkan burungnya atau Murai Batu nya sakit, Agus biasanya dipanggil untuk menangani. Yang dekat bisa datang langsung ke lokasi, tapi yang jauh terkadang mengunakan telepon atau video call untuk memberikan instruksi apa yang harus dilakukan.

breeder murai batu mojokerto
SEDERHANA: Dua Murai Batu Medan yang ada di kandang milik Rizal Farm, menunggu bertelur untuk kemudian jantannya dipisahkan ke betina lain.

“Orang yang mau memulai beternak Murai Batu juga terkadang berkonsoltasi kepada saya mengenai banyak hal, baik itu yang meliputi model kandang atau calon indukannya,” ucap Agus Laken, sebab ciri khasnya selalu memakai topi tersebut, saat KONBUR mengunjungi farmnya.

Dari hasil breeding Murai Batu medan, Agus sebenarnya secara ekonomi sudah cukup untuk kebutuhan keluarganya. Dua buah mobil, sepeda motor terbaru, dan biaya pendidikan anak-anaknya semua dari hasil manangkarkan Murai Batu medannya.

Breeder Murai Mojokerto
PIYIKAN: Piyikan hasil breeding Rizal Farm, terpercaya kualitasnya.

Kalau ia kemudian menerima panggilan kicau mania yang kebetulan kesulitan dalam menangani Murai Batu, itu lebih dari sekedar pertemanan dan merasa wajib mengamalkan ilmunya. Kalau pun dari situ ia kemudian diberi amplop saat pulang, itu baginya seperti sebagai bonus rejekinya.

Untuk murai yang bulunya rontok, tidak mau makan, hingga susah dijodohkan, Agus tahu betul cara mengatasinya. Semua ilmu itu bisa dengan sendirinya karena ia belajar dari pengalaman selama menangani Murai Batu sejak 2004.

Pertama kali suka burung, Agus mengaku sudah langsung jatuh cinta pada murai. Pertimbangannya karena harga jualnya stabil, suaranya yang begitu merdu saat sedang gacor, dan juga bulunya yang tak kalah indah. Bahkan, burung ini seperti sedang mabuk jika sedang gacor. Tingkat kesulitan menangkarkan juga menjadi tantangan tersendiri bagi lelaki beranak dua yang tinggal di Desa Pakewon, Kecamatan Bangsal, Mojokerto tersebut.

Baca Juga :  Berbekal Indukan Trah Jawara, Ternak Murai Batu Indra BF Surabaya Diantri Pembeli
breeder murai batu mojokerto (1)
TAK BANYAK: Hanya 12 kandang indukan yang dimiliki Agus tapi hasilnya cukup untuk ekonomi keluarganya.

Awal menangkarkan, harga seekor Murai Batu Medan masih Rp 500 ribu. Sepasang waktu itu paling mahal Rp 4 juta. Sekarang sepasang anak Murai Batu berharga Rp 3 jutaan. Sedangkan Murai Batu Medan yang sudah produktif bisa mencapai Rp 10 juta, bahkan bisa lebih jika kualitasnya bagus.

“Saya baru saja menjual sepasang indukan karena anak membutuhkan motor untuk sekolahnya,” ujarnya sambil menunjukkan motor barunya.

Saat ini Agus memiliki kandang indukan Murai Batu Medan yang berjumlah 12. Tidak banyak memang, namun Agus menjamin bahwa hasil tangkarannya adalah murni Murai Batu Medan yang bulu ekornya bisa mencapai 22-24 cm saat sudah dewasa. Kunci untuk bisa sukses beternak Murai Batu Medan, selain membutuhkan kesabaran, ketelatenan, dan menguasai tekniknya, yang tak kalah penting adalah jujur saat melayani pembeli.

Menurut Agus banyak peternak yang berhasil menangkarkan Murai Batu, tapi kemudian jatuh karena tidak bisa dipercaya
oleh pembeli. Contohnya, saat kandangnya kosong tidak menghasilkan piyik, begitu ada permintaan, ia memakai hasil tangkaran orang lain, dan begitu dibeli orang tidak sesuai dengan spesifik yang ditawarkannya. Sebab, ada yang mengawinsilangkan Murai Batu Medan dengan Murai Batu Kalimantan, yang anaknya lebih condong ke induk Murai Batu Kalimantan.

“Saya kalau kandang lagi kosong saya bilang kosong,” ujar lelaki yang beberapa kali dipanggil pecinta burung untuk memberi materi pelatihan beternak Murai Batu ini.

Meski saat ini bisa dibilang sukses, perjalanan Agus dalam beternak Murai Batu tidak mulus. Pertama kali menekuni hobi burung, ia bahkan dianggap sebagai penggangguran yang tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. “Bagaimana nanti kamu bisa menghidupi istri dan anakmu,” begitu ejek tetangga pada waktu itu.

Baca Juga :  Kere Ayem BF Bogor: Silangkan Jalak Bali x Jalak Putih dan Jalak Suren x Jalak Putih, Ini Dia Hasilnya

Sekarang hubungan Agus dan tetangga boleh dibilang mesra. Salah satu mobilnya biasa dipakai tetangga yang membutuhkan tanpa kenal waktu. Malam-malam pun kalau mereka membutuhkan akan diperbolehkan memakainya. Bahkan para tetangga pun pernah disewakan bus untuk ziarah wali. Para pemuda yang sedang membutuhkan dana untuk acara 17-an tak pernah lepas dari bantuan lelaki ini.

Soal Murai Batu yang berpoligami, Agus tidak sekedar cerita. Di hadapan KONBUR, ia memindahkan pejantan dari kandang satu ke kandang lain yang ada betinanya. “Di sini satu pejantan bisa dengan tiga betina, tidak jadi soal. Begitu betina satu sudah bertelur atau mengerami telurnya, saya memindahkan ke betina yang lain,” jelas Agus.

Padahal banyak yang tahu bahwa Murai Batu adalah jenis burung petarung. Jika salah satu tidak cocok, salah satu bisa dihajar sampai mati. Banyak peternak pemula yang mengalami itu hingga akhirnya menderita kerugian sebab indukan Murai Batu medan dikenal mahal harganya.

Kunci agar pejantan murai batu mau berpoligami adalah mengenali karakter masing-masing burung yang akan dipasangkan. Karakter itu bisa dari bulunya, prilakunya saat birahi dan lain-lain.

Rizal Farm, nama peternakan Murai Batu milik Agus yang diambil dari nama anaknya, memang bangunannya sederhana. Namun, dari kandang yang sederhana itulah lahir piyikan berkualitas yang dibeli orang dari Semarang, Bandung, bahkan Jakarta.

“Saya mengirim langsung anak Murai Batu itu langsung ke pembeli atau mereka yang mengambil ke sini. Terkadang saya janjian bertemu di suatu tempat yang antara pembeli dan penjual bisa mudah menjangkaunya,” jelas Agus. Agus tidak pernah mengirim lewat jasa pengiriman sebab beresiko, tidak hanya pada keselamatan burung, tapi pembayaran juga bisa jadi masalah jika salah satu pihak tidak bisa dipercaya. (kb 11)

Related Articles

Back to top button