Pimpin 4 Kelas Sekaligus Klasemen LPJT 2018, Budi SP Semarang Ungkap Rahasia Keberhasilannya
Liga Perkutut Jawa Tengah (LPJT) 2018 sudah berakhir. Delapan seri yang dijadwalkan, berjalan lancar sesuai harapan. Liga Jateng Seri VIII hasil kolaborasi Kuyaa Sakti BF bersama Phoenix the best quality birds food yang menempati lokasi di lapangan HW Pekajangan Pekalongan menjadi liga pamungkas milik kung mania Jawa Tengah.
Pengwil P3SI Jateng sudah merilis hasil resmi klaseman akhir LPJT 2018. Dari empat kelas yang dilombakan, Budi SP Semarang berhasil memimpin semua perolehan poin dipodium terdepan. Sebuah catatan yang luar biasa. Bagi sebagian kung mania hal ini mungkin terasa tidak masuk akal, namun itulah kenyataan yang ada.
Keberhasilan Budi SP memimpin klaseman akhir semua kelas yang dilombakan berkat performa terbaik dan terindah yang selalu dipertontonkan jago andalannya. Basa Basi, perkutut bergelang Trimurti yang diturunkan di Kelas Dewasa Senior berhasil merampungkan liga dengan perolehan total poin sebesar 325.
Manalagi, ternakan AKN yang turun di Kelas Dewasa Yunior mengakhiri liga dengan perolehan total poin sebesar 305. Di Kelas Piyik Yunior, beberapa orbitannya yakni Gelombang Cinta ring MIC, Pedrosa ring MIC, Cempaka ring Atlas, Jarum Super, Alteco, RI Satu ring HDL, Jack Ma ring TL, Debar-Debar ring Atlas dan Dewa Cinta ring L.Drago sukses mengkoleksi total poin sebesar 530.
Terakhir di Kelas Piyik Hanging ada barisan jago-jago antara lain Bintang Asia ring MIC, Kualanamu ring TOP, Dewa Cinta ring L.Drago, Nikon ring Aulia dan Kamasutra ring Aulia, mengkoleksi total poin sebesar 415. Menurut pengakuan Budi SP letak rahasia sukses menjadi pimpinan peraih klaseman diposisi terdepan adalah strategi dalam menempatkan jago-jago.
Menurutnya liga perkutut tidak beda jauh dengan liga-liga pada umumnya. Ketika memutuskan untuk ambil bagian dalam kegiatan liga, maka jangan sekedar ikut-ikutan atau sebatas meramaikan saja, tetapi harus punya strategi. Kekuatan lawan harus menjadi pertimbangan matang, sampai dimana kualitas burung yang dimiliki lawan, kita harus perhitungkan dengan benar.
Selanjutnya, memetakan jago-jago yang akan diorbitkan. Semisal di kelas Piyik Hanging, hanya bertahan dalam kurun waktu dua bulan orbit. Pasalnya kelas ini hanya untuk perkutut berusia maksimal sekitar empat bulan. Artinya jika usia burung yang diorbitkan sudah mencapai 3,5 bulan, berarti hanya ada waktu setengah bulan lagi, batas maksimal burung tersebut ikut di kelas hanging.
Artinya setelah itu harus mengorbitkan burung baru. Stok perkutut kelas hanging harus dimiliki agar peluang untuk tetap meraih poin bisa terus ada. Karena di kelas ini, bukan nama perkutut yang dicatat, tetapi nama pemilik, sehingga ketika mengorbitkan burung baru, nama kita masih tetap masuk daftar sebagai pemenang.
Rutinnya nama kita masuk daftar pemenang, maka perolehan poin akan terus bertambah. Begitu juga ketika perkutut hanging sudah tidak bisa dilomba pada kelas hanging, maka diharapkan bisa melanjutkan prestasinya dikelas yang lebih tinggi yakni Piyik Yunior. Namun demikian, menurut Budi SP, melanjutkan tradisi juara dari kelas gantangan ke kerekan bukanlah hal mudah.
Ada fase dimana burung macet kerja ketika pindah kelas dari yang terbiasa di gantang lalu dikerek. Lagi-lagi stok burung dikelas ini harus tetap tersedia. Butuh burung lain yang bisa dilombakan di kelas Piyik Yunior agar perolehan poin tetap didapat. “Selama ini saya tidak berpangku pada satu burung saja di kelas yang berbeda. Ada beberapa burung pada masing-masing kelas, sehingga ketika satu burung tidak bisa dilomba, maka ada burung lain yang siap menggantikan, cara inilah yang selama ini saya terapkan sehingga perolehan poin bisa tetap didapat,” papar bos Prokung Indonesia.
Mengukur kekuatan lawan akan semakin memudahkan kita untuk mengatur dan memilih jago mana yang bakal diorbitkan, sehingga peluang untuk menjadi juara akan terbuka lebar. Untuk itulah Budi SP memberikan bocoran, setidaknya burung yang akan diorbitkan harus memiliki minimal kualitas tiga warna hitam.
Setelah memiliki amunisi kualitas tiga warna hitam, maka tinggal memperhatikan dan memaksimalkan kuantitas bunyinya saja. Bagaimana kita bisa melihat kekuatan lawan, ketika burung kita sama-sama mendapatkan nilai sama. Missal, sama-sama mendapatkan bendera 3 warna hitam. Masih menurut Budi SP, catatan juri atau rekapan juri itu sebenarnya bisa menjadi acuan.
Selama ini orang menganggap bahwa rekapan juri tidak memiliki arti. Padahal dari sanalah kita bisa melihat sampai sejauh mana kekuatan lawan. Dalam catatan juri tertulsi dengan jelas, kelebihan dan kekurangan burung saat tampil dilapangan. Kolom dasar suara, irama, depan, tengah, ujung sebenarnya bisa kita pelajari untuk mengetahui letak kekuatan dan kelemahan burung lawan.