Tak hanya meriah dan menuai kesuksesan. Di gelaran Piala Raja Hamengku Buwono X ke 23 yang dihelat di Taman Candi Prambanan Yogyakarta (10/9) kemarin, juga nampaknya menjadi titik terang kembalinya kepercayaan kicaumania terhadap even terakbar yang menjadi ikonnya even PBI itu.
Image negatif yang melekat pada even Piala Raja dan lomba-lomba kemasan PBI beberapa tahun terakhir ini emang berpengaruh sangat besar kepada nama besar organisasi tertua itu. Namun berkat tekat yang kuat dan adanya niatan yang sungguh-sungguh dari para petingginya untuk mengembalikan kejayaan PBI, maka perubahan yang sangat besar pun dilakukan yakni dengan merubah sistem penjurian terbaru yang sudah disosialisasikan kepada Kicaumania dalam kurun waktu 3 bulan terakhir.
Meski sempat mendapat respon pesimis dari sebagian kicaumania terhadap perubahan yang digaungkannya, akhirnya even kolosal yang juga sekaligus menjadi ajang pertaruhan bagi masa depan PBI di kancah dunia perburungan tanah air itu akhirnya membuktikan keseriusannya untuk mengembalikan citra organisasi dibawah pimpinan Bagya Rahmadi selaku Ketua Umum PBI Pusat.
Sistem penjurian yang telah diketok palu oleh Ketum PBI melalui dikeluarkannya Surat Keputusan Ketua Umum tentang teknis Penilaian Lomba Burung Berkicau pada 1 September 2023 yang lalu, mampu dijalankan dengan baik oleh para juri yang bertugas. Dan respon yang sangat positif pun juga banyak berdatangan dari berbagai lapisan Kicaumania terutama para pemain akar rumput.
“Piala Raja kali ini sangat berbeda dengan even-even sebelumnya, karena tanpa menghubungi para juri yang bertugas, kinerja burung kita di lapangan masih bisa dihargai,” ujar Abah Agung dari Surabaya yang akhirnya membawa pulang piala Maskot juara 3 di kelas Murai Batu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Deny Pemula asal Bali, yang mengaku cukup puas dengan sistem dan kinerja juri yang bertugas. “Sepengetahuan saya sih, kali ini hanya burung-burung yang benar-benar layaklah yang akhirnya juara,” ujar Deny Pemula Bali yang akhirnya memboyong 2 tropi juara berkat penampilan apik dari Cucak Ijo Kebo Bule.
Menariknya lagi. Dengan diterapkannya sistem penjurian dengan baik, menjadikan suasana lomba jauh lebih kondusif dan nyaris tak ada teriakan atau suara yang ditimbulkan para peserta baik dari ring 1 maupun di luar pagar pembatas. Yang tentunya kenyamanan saat berlomba pun bebar-benar bisa dirasakan oleh peserta. Dan meski mulai ada sedikit suara atau teriakan yang datang dari hobiis di akhir-akhir lomba, namun hal itu terbilang cukup dimaklumi untuk even tahunan itu.
Sementara itu. Seperti di even Piala Raja sebelum-sebelumnya, gelaran kali ini juga dihadiri oleh beberapa petinggi PBI, pejabat penting DIY hingga dari pihak Keraton Yogyakarta. Mulai dari perwakilan Keraton Yogyakarta Gusti Prabukusumo, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, Paniradya Pati (Pengelola Dana Keistimewaan) Aris Eko Nugroho, Ketum PBI Pusat H Bagya Rahmadi, Ketua Pengda PBI Jateng DIY H Agus Gamping dan Ketua Panitia H Samsul Hadi.
Sedangkan untuk persaingan sendiri tak hanya terlihat pada perebutan prestasi di tiap kelasnya pada 4 lapangan yang disediakan panitia, tapi perebutan juara umum BC dan SF juga berlangsung sangat seru dan menegangkan. Hingga akhirnya, Pradana BC yang dikomandoi Bintang Pradana Klaten akhirnya sukses memboyong tropi juara umum BC yang ketiga kalinya secara berturut-turut di even Piala Raja, yang diikuti oleh Duta Khofifah cup sebagai Runner up. Di perebutan juara umum SF sukses diraih oleh Pesut SF Samarinda, dan Runner up direbut Spanyol Pride.
“Atas nama panitia penyelenggara, kami mengucapkan banyak terimakasih atas partisipasi Kicaumania Nusantara dan semua pihak yang ikut mensukseskan gelaran kami,” ucap H Samsul Hadi sembari mengucapkan permohonan maaf jika masih ditemukan kesalahan selama berlangsungnya gelaran baik yang disengaja maupun tidak. Dan semoga di Piala Raja ke 24 tahun mendatang, bisa kembali digelar dengan meriah serta lebih baik lagi.*
Daftar juara klik :