Miliki Sepasang Ponakan Papua Produk Amuse N.222, Deemas Sidoarjo Ingin Mengulang Sukses Saat Bersama Arin
Nama Arin, perkutut yang pernah mengukir prestasi apik dikancah perkututan tanah air tahun 2011 silam, tidak bisa dilepaskan dari sosok Deemas kung mania yang kini tinggal di Kahuripan Sidoarjo. Sepak terjang Arin dalam setiap lawatannya diberbagai konkurs tanah air, selalu membuat banyak pasang mata terkagum dibuatnya.
Kelas Dewasa Senior yang menjadi partai pilihannya semakin membuat nama Arin sekaligus Deemas sang pengorbit makin kesohor. Saat itu sudah banyak peminat untuk mendapatkan perkutut yang memakai ring IBM dengan penawaran tinggi. Kenyataan itulah membuat Deemas tidak bisa melupakan cerita tersebut.
Ketika Arin absen di atas kerekan, Deemas tidak mampu lagi mengorbitkan jago selevel. Ditambah kesibukan yang menuntut konsentrasi, semakin membuat nama Deemas tidak lagi terdengar. “Sejak Arin tidak bisa lagi turun lomba, saya kesulitan cari burung sepadan, apalagi pada saat yang bersamaan, kerjaan saya semakin padat, jadi saya harus fokus pada kerjaan dulu,” terang Deemas.
Minggu berganti, Minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Sampai akhirnya, ketika waktu yang dimiliki semakin berpeluang baginya untuk kembali eksis di hobi perkutut, Deemas mulai memburu jago handal. Itupun tidak membuat namanya terdongkrak seperti saat bersama Arin.
Sampai akhirnya ia mendengar Papua, perkutut orbitan H.Gunawan Amuse Bangkalan saat tampil dalam sebuah gelaran di Sidoarjo. “Saya sempat gak percaya, ada burung begitu luar biasa. Setelah saya pantau saya semakin tertarik dan kagum pada burung yang ternyata milik Abah Gunawan Bangkalan,” lanjutnya.
Pasca kejadian itu, Deemas mengaku terus meng-update informasi seputar Papua. Keinginan untuk bisa sowan ke markas Amuse Bird Farm Bangkalan, sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun belum kesampaian. Saat gelaran CTP BF Cup V Bangkalan digelar pada Rabu, 01 Mei 2019, Deemas yang ikut ambil bagian dalam liga tersebut menyempatkan mampir ke markas Amuse usai acara liga bersama sang rekan Lamidi.
Disana, ia kembali disuguhkan suara merdu Papua. Semakin ia mendengar suara Papua, semakin tak terbendung keinginan untuk memilikinya. Disaat menikmati kemerduan suara Papua, Deemas sempat mendengar suara dari salah satu ranji yang ada dalam satu ruangan bersama Papua.
“Saya kaget ada burung masih piyik tapi suaranya masuk kategori sebagai burung masa depan. Ketika saya tanyakan, ternyata burung itu adalah ponakan Papua, langsung saja saya katakan untuk memboyongnya,” lanjut Deemas. Gayung bersambut, H.Gunawan merespon baik niat tersebut.
Akhirnya Deemas resmi memboyong sepasang ponakan Papua dari kandang Amuse N.222 bergelang 19-020 dan 19-021. Tidak disebutkan berapa nilai transaksi yang disepakati. Menurut Deemas, usia burung tersebut diperkirakan masih sekitar 2 bulan, tapi sudah menunjukkan bakat sebagai burung prospek.
Kehadiran sepasang ponakan Papua inilah yang membuat dirinya makin semangat untuk menekuni hobi perkutut. “Saya berharap ponakan Papua ini bisa menjadi awal saya kembali eksis sebagai pengorbit burung jawara,” ungkapnya. Apalagi dirinya mengaku pernah memiliki perkutut trah Papua dan sempat menjadi burung berprestasi sampai akhirnya burung tersebut dibawah salah satu teman dan hilang jejaknya.
H.Gunawan sendiri mengaku bahwa sepasang ponakan Papua memang masuk sebagai burung pilihan yang sengaja diproyeksikan untuk burung lba. “Saya memang menyimpan beberapa produk trah Papua karena saya melihat prospek kedepannya bagus dan menjanjikan. Saya berharap ditangan Mas Deemas, burung tersebut bisa moncer seperti Papua,” harap H.Gunawan.
Diakui oleh Deemas bahwa dirinya masih tetap mengutamakan pakem dalam memilih burung untuk lomba. “Dari dulu saya tidak pernah berubah jalur, burung pakem menjadi pilihan utama karena jenis burung seperti ini awet dan enak didengar,” imbuhnya.