Latpres Gantangan Unesa (1/4), Diponegoro Juara BC, LJB Unjuk Kekompakan
MINGGU 1 April 2018 ini, gantangan Unesa Ketintang, Surabaya yang sudah tidak asing lokasinya bagi kicaumania Surabaya, mulai mengukir perubahan baik dari animo peserta maupun kualitas pesertanya. Hal itu tak lepas dari inovasi yang dimunculkan mulai Minggu ini oleh Mustofa Aladin sebagai pengelola gantangan yang ada di dalam kampus Unesa.
Sebelumnya, ia memunculkan inovasi tentang point penilaian love bird untuk memilih love bird berkualitas yang bisa juara, sedang yang biasa-biasa meski rajin tidak bisa mengalahkan yang panjang atau istimewa.
“Karena selama ini sering terjadi lovebird ngekek panjang tapi karena tidak sering, maka kalah dengan yang kekeannya pendek tapi sering. Dengan adanya besaran point baru, maka love bird yang bunyi panjang masuk katagori istimewa walau bunyi dua kali sudah tidak terkejar pointnya,” terang Mustofa.
Kemudian untuk mengangkat kelas Cucak hijau, Mustofa membuka kelas freestyle, di kelas ini burung didis, ngruji, turun tidak masalah selama masih terus bunyi dan iramanya juga bagus. Pun begitu di kelas Kacer juga ada kelas Freestyle, dimana pemilik kacer yang bagong/mbedesi asal saat membawakan lagunya bagus dan durasi kerjanya juga panjang tetap bisa juara.
Di kelas lovebird, Mustofa juga memberi kesempatan yang punya lovebird nakal, mbebeki, ngruji, ngering asal kualitas ngekeknya panjang tetap juara. “Selama ini sering ada burung bagus lagu dan durasi kerja, tapi di tengah jalan sesekali didis, sesekali mbagong, sesekali mbebek, divonis tidak bisa juara karena ada prilaku yang dianggap tidak baik, kalau dijuarakan peserta lain bisa protes. Dengan munculnya kelas freestyle maka kicaumania yang punya burung bagus tapi ada kenakalan seperti itu bisa diturunkan disini,” terang Mustofa.
Sementara kalau mengikuti jalannya lomba, kompetisi di beberapa kelas cukup ketat, karena banyak burung bagus yang diturunkan, termasuk di kelas love bird. Tapi saat pemberian koncer, ternyata ada burung yang baru bisa masuk juara tiga besar tapi ada beberapa jawara yang sampai juara satu dua kali.
Seperti di kelas love bird PAUD yang main tiga kali nama Bintang milik Taufiq sukses dua kali juara satu kelas A dan C. Kemudian debutan baru Krucil milik Reno Gunung anyar sukses juara satu kelas B. Kelas murai batu pertama nama King Salman milik wawan PDAM sukses bawa pulang trophy juara satu, tapi kelas murai B muncul nama Anak bangsa.
Untuk kelas love bird juga ketat, maka tidak ada yang bisa juara satu beberapa kali kecuali Sri yang juara kelas A dan E, sementara kelas B digaet sama Nana, kelas C diraih Aliando dan kelas C muncul nama Chika yang tak disangka bisa melejit namanya menggeser banyak lawan kuat. Untuk kelas anis kembang, kali ini diborong Anak manja milik Medi Sidoarjo yang selama ini sudah punya nama.
Dalam perjalanan lomba yang cukup ketat, ada pemburu juara team yang sukses mebawa pulang juara umum yakni Diponegoro BC. Team baru ini memiliki kekuatan yang cukup tangguh, selain amunisinya banyak dan punya jago diberbagai kelas, jumlah burung andalannya juga banyak sehingga sulit diimbangi lawan. Kemudian untuk SF yang kemarin sukses unjuk kebolehan adalah Duta LJB Cup 1.
Duta LJB membawa burung banyak tapi tidak berniat memburu juara, karena kedatangan duta LJB yang dikomandani Oky LJB untuk menunjukan eksistensinya sekaligus mengundang kicaumania untuk hadir di lomba LJB tanggal 8 April 2018 di lapangan Bengrah depan pasar Ikan Gunungsari. Tiket terjangkau hadiah dijamin mengiurkan, juri terbaik BNR.
“Benar, saya dan teman-teman hanya mengingatkan sekaligus mengundang teman-teman kicaumania untuk hadir di lapangan Bengrah Minggu besok,” ingat Oky.