Hajad “Jatmiko” Sudrajat Situbondo, Dari Seorang Pemain Kini Jadi Pengadil Lomba
Cita-cita untuk menjadi pengadil (juri) lomba burung perkutut, tidak pernah terpikir dalam diri Hajad Sudrajat. Meski ia dulunya seorang pemain burung perkutut, namun itu sebatas hanya menyalurkan hobinya yakni lomba. Apalagi prestasi yang dibukukan burung orbitannya, selalu mencapai titik paling tinggi dalam daftar kejuaraan, Hajar semakin asyik menikmati hobi tersebut.
Narkoba adalah nama orbitan yang telah membawanya pada predikat seorang kung mania dengan catatan prestasi bagus. Setiap kali turun lomba sudah dipastikan Narkoba yang turun di Kelas Piyik Hanging selalu membawa trophy juara. Bahkan perkutut satu ini berhasil menjadi nominasi LPJT 2017.
Kenyataan inilah yang membuat dirinya sempat dijuluki sebagai Raja Hanging. Belum lagi Marcelo yang merupakan orbitannya, juga mampu menembus daftar juara dan masuk nominasi LPJT 2017 di Kelas Piyik Yunior (Setengah Kerekan). Kedua nama inilah yang membuat Hajad semakin betah untuk terus eksis di jalur sebagai pengorbit burung juara.
Namun seiring perjalanan waktu, ketika di Situbondo mengalami krisis juri atau bisa dikatakan Pengda Situbondo sudah tidak memiliki juri lagi alias juri lagi kosong, Hajad diusulkan oleh Ketua Pengda Situbondo waktu itu, untuk masuk menjadi juri. “Sekitar tahun 2017 saya diminta Ketua Pengda Situbondo untuk menjadi juri, waktu itu saya tidak dapat menolak karena Situbondo memang tidak ada juri,” jelasnya.
Satu tahun menjadi Juri Yunior di Pengda Situbondo, Hajad akhirnya diusulkan untuk masuk menjadi juri Pengwil Jawa Timur. Sejak saat itu dirinya mengaku mendapatkan tugas ke beberapa kota yang ada di Jatim. Suka duka menjadi juri menjadi cerita perjalanan hidupnya.
Mendapat cemoohan dari pemain menjadi bagian pengalaman yang dirasakannya. Namun Hajad mengaku tetap sabar. “Kadang saya memberikan pengertian pada pemain bahwa apa yang dilakukannya sudah benar, mereka saya pahamkan bahwa apa yang mereka lakukan kepada saya, tidak selamanya benar,” kata pria yang popular dengan nama Jatmiko.
Dari sinilah ia belajar berfikir dewasa dan menjadikan semua itu sebagai cambuk untuk menjadi juri yang lebih baik. Ketika menghadapi semua itu, dirinya hanya berfikir bahwa menjadi juri lebih banyak sukanya. Karena ia bisa bertemu teman sesama profesi, bisa bercanda gurau, bisa menjalin tali silaturahmi dan bisa pergi kemana-mana.
Baginya menjadi juri bukanlah sebuah beban, namun lebih pada sebuah tanggungjawab yang harus diembannya. “Tanggungjawab adalah hal yang paling berat karena kita harus melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya,” lanjut Hajad.
Ia mengaku melaksanakan semua dengan perasaan senang. Sampai akhirnya pada tahun 2019, Hajad Sudrajat mendapatkan kenaikan tingkat, menjadi juri Senior Pengwil Jatim. SK penetapan sebagai juri senior ia terima dalam acara Rencana Kerja Pengwil P3SI Jatim pada Jumat, 22 Maret 2019 di hotel Sahid Surabaya.
SK pengangkatan sebagai juri Senior diserahkan langsung oleh Ketua Pengwil P3SI Jawa Timur, H.Gunawan. “Mudah-mudahan saya bisa memegang dan menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya dan bisa menjaga nama baik saya, Pengda Situbondo dan juga Pengwil Jawa Timur,” harap Hajad.
Demi meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam menjuri, dirinya mengaku sampai saat ini terus belajar pada juri-juri senior yang dikenalnya. “Masih banyak yang harus saya lakukan yakni belajar dan belajar, terutama kepada para senior-senior,” katanya lagi.