H.Djainuri Sultan Surabaya : Mampu, Loyal dan Ikhlas adalah Figur Tepat Ketua Pengwil P3SI Jatim, Susunan Pengurus Serahkan Ahlinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemilihan Ketua Pengwil P3SI Jawa Timur pada Muswil 23 Februari 2019 nanti akan mempengaruhi pada roda organisasi. Jika ketua terpilih tidak mampu menjalankan organisasi sebagai mana mestinya, maka bisa dipastikan organisasi akan jalan ditempat.
Sebaliknya jika pilihan jatuh pada sosok atau figure yang tepat, maka P3SI Pengwil Jawa Timur akan menjadi organisasi memberikan manfaat bagi semua komunitas yang ada di dalamnya. Artinya lima tahun organisasi ini ke depan akan bergantung pada terpilihnya figure untuk menjadi ketua.
Apabila bagus, maka lima tahun kita akan merasakan manfaatnya, sebalikya jika kurang, maka lima tahun kita akan berada pada kondisi yang tidak menentu. Untuk itulah H.Djainuri Sultan BF Surabaya mengatakan bahwa ketika kita beradap pada satu pilihan, maka pilihnya figure yang laing bagus.
Berfikirlah untuk lima tahun kedepan, jangan berfikir lima tahun kebelakang. “Kriteria tentang sosok Ketua Pengwil Jawa Timur kedepan kalau bisa punya wajah-wajah baru, yang lama bukan berarti tidak bagus,” terang H.Djainuri. Lebih lanjut pemilik SUltan BF Surabaya mengatakan bahwa pengurus dengan wajah-wajah baru bukan berarti tidak memiliki kemampuan.
”Kalau bicara soal organisasi, bukan bicara tentang suka atau tidak suka, mau tidak mau karena kalau bicara soal demokrasi, maka masukan yang terbaik dan terbanyak itu memang pilihan. Mencari figur tidak harus punya gelar tinggi, seorang peternak besar, tetapi bisa menghidupkan organisasi dan memfungsikan organisasi,” lanjutnya.
Masih menurut H.Dajinuri, pengurus organisasi perkutut tidak beda jauh dengan perngurus RT RW, kalau kinerjanya bagus semua diam, sebaliknya kalau jelek diomongkan dan dijadikan bahan cemoohan. “Memilih calon ketua harus yang loyal dan ikhlas nawaitunya, bagaimana menghidupkan organisasi karena komuntias berada pada semua level, mulai bawah sampai atas,” kata H.Djainuri lagi
Ketika nanti ketua sudah terpilih, maka pengurus yang akan direkrut, jangan berdasarkan karena kedekatan rasa emosional atau pamrih yang sudah diberikan atas suksesnya menjadi ketua, tetapi pilihlah pengurus yang memang memiliki keahlian dibidang yang akan diberi tanggungjawab.
Artinya pengurus yang nanti dimasing-masing pos, serahkan pada ahlinya. Masukan berikutnya adalah bahwa Program yang sudah dibuat dan disepakati, harus dijalankan, jangan jadikan program hanya sebagai pajangan semata, semisal program ring perkutut. Jika memang sudah disekapati, maka harus dijalankan.
Terlepas dari suka tidak suka, siap tidak siap, jika memang sudah waktunya, ya harus dilaksanakan. Jika hanya menunggu siap, maka sampai kapanpun program tersebut tidak akan bisa terealisasi. Terlepas dari pro dan kontra, jika memang program itu bagus, maka tidak perlu menunggu dukungan dari semua kalangan.
“Saya kira pro dan kotra adalah hal yang sudah biasa karena seluruh komunitas memiliki misi dan tujuan masing-masing. Tidak perlu menunggu moment pas, maka segeralah dijalankan. Jika kondisi ini dibiarkan, maka tidak ada artinya program tersebut dibuat dan disahkan.
Karena yang pasti tambah H.Djainuri, bahwa kebijakan dibuat untuk memberikan manfaat bukan hanya untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Kalau kita sudah punya program untuk manfaat bagi masyarakat, maka untuk apa menunggu persetujuan dari segelintir kelompok.
“Sesekali pengurus memang harus tegas, namun bukan berarti kaku atau sok. Tegas dalam hal ini memberikan edukasi kepada komunitas bahwa ada saat dimana kita harus mendengar dan memahami apa aspirasi dari seluruh lapisan, namun ada juga saat dimana kita harus mengeksekusi program yang menurut kita bagus dan untuk kepentingan dan manfaat orang banyak,” paparnya lagi.