Hasil Rapat Kerja Nasional Pelestari Burung Indonesia di Semarang belum lama ini memutuskan tahun 2025 semua burung local asli Indonesia yang dilombakan harus menggunakan ring dari hasil penangkaran. Tetapi rupanya pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup berkehendak lain. Dimana tahun 2020 semua burung yang dilombakan harus dari hasil penangkaran. Program pemerintah yang harus sudah dijalankan kurang dari dua tahun ini disambut positif jajaran PBI sebagai organisasi tertua perburungan yang berbasis pelestarian.
‘’PBI sebagai organisasi perburungan yang berbasis pelestarian tentunya kami sangat mendukung program pemerintah ini. Bahkan PBI dari tahun 90-an sudah secara bertahap mengurangi jenis-jenis burung lokal asli Indonesia yang boleh dilombakan,’’ terang Ketua Bidang Organisasi dan Pengendali Lomba PBI Pusat Fadjar Soebagio.
Program pelestarian PBI semakin nyata direaliasikan seperti di era kepemimpinan H Bagya sebagai ketua umumnya. Dimana murai batu non ring sudah dihapus. Dan dalam waktu dekat, kacer non ring juga akan dihapus. Semua harus ring hasil penangkaran. ‘’Di tahun 2018 ini PBI juga akan mencanangkan kelas ring khusus ring PBI untuk lomba-lomba PBI,’’ lanjut Fadjar seraya menambahkan tahun 2020 kelas punglor merah, cucak ijo, dan cendet tidak bisa dilombakan lagi karena belum ditangkarkan.
Program penghapusan murai non ring di lomba PBI sudah melalui proses panjang dan persiapan jauh sebelumnya. Seperti PBI mencanangkan pemberian ring PBI yang resmi kepada seluruh peternak murai yang ada di Indonesia. Termasuk secara kontinu meninjau langsung peternak yang ada di seluruh Indonesia dan memetakan perkembangan peternak yang ada. Salah satunya Ketua Umum PBI Pusat H Bagya bersama jajaran PBI seperti Fadjar Soebagio, Wahyudi (Ketua Bidang Humas dan Hukum PBI), Mr. Amar (Ketua Bidang Penangkaran PBI) belum lama ini meninjau langsung penangkaran murai batu dan cucak rowo D’Yan BF di Banjar Ulun Uma, Desa Gulingan Mengwi Badung.
Program pelestarian yang menjadi roh dari organisasi PBI ini ke depan dituntut bukan hanya mendorong pelestarian ex-situ, masyarakat ikut peduli melalui penangkaran berorientasi ekonomi kerakyatan. Tetapi juga pelestarian in-situ berupa tindakan nyata pelestarian burung di habitatnya. Lima tahun lalu, 40 ekor punglor merah yang dambil dari Bali telah dilepas di wilayah Gunung Kidul Yogjakarta dan kini sudah berhasil beranak pinak. ‘’Dan Ketum memberi waktu lima tahun ke depan sudah ada lingkungan berbasis pelestarian yang dikelola PBI,’’ujar Fadjar seraya mencontohkan hutan-hutan kota dan desa wisata bisa diusahakan dikelola PBI atau minimal PBI bisa diikutsertakan secara nyata. Rakernas PBI 2020/2021 Bali ditunjuk sebagia tuan rumah. ‘’Harapan saya saat itu sudah ada lokasi yang secara nyata bisa dikelola oleh PBI,’’ imbuh Fadjar.
Menindaklanjuti carut-marutnya lomba burung di Indonesia dan mengejawantahkan program pemerintah 2020, imbuh Fadjar, PBI berusaha mendaftar di Kementerian Lingkungan Hidup dan pemerintah juga sudah secara resmi memanggil eo yang ada di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup memandang sudah saatnya menata perihal burung-burung yang boleh dipelihara dan dilombakan beserta aturan-aturannya serta menata frekuensi lomba burung. *kb3