Setelah Take Over AML, Sapta Pesona Gelontorkan Ratusan Juta Buat Angling Dharma dkk: Siap Hadapi Liga Perkutut 2019
Setelah mentake over runner up dewasa senior LPI Pahlawan Cup 2018 bergelang AML yang kemudian berturut-turut duduk di singasana dewasa senior LPB seri 9 dan 10, Sapta Pesona BF kembali menambah amunisi menghadapi liga perkutut 2019. Tidak tanggung-tanggung ratusan juta digelontorkan H Suparlan untuk mendapatkan gaco lapangan dan indukan.
Di antaranya Angling Dharma dan Arya Kamandanu, satu indukan bergelang A-A yang sukses memborong juara pertama dan runner up event nasional di Bangkalan Madura, 20 Januari 2019 kemarin di kelas piyik yunior. ‘’Bersama yang lain, Angling Dharma kemarin sudah sampai di Bali,’’ ujar Suparlan.
Untuk menghadapi liga perkutut 2019, selain gaco yang siap tempur di lapangan, juga materi indukan bahkan di antaranya jebol kandang. Bersama Angling Dharma, yang sudah masuk di home base Sapta Pesona BF di kota Semarapura Klungkung yakni Arya Kamandanu, adiknya Putra Madura (burung nasional) bergelang City yang dijodohkan dengan cewek mewah dari A-A, anakan Terminal, jebol kandang dari Deny Sampang, jebol kandang dari Kancung Sampang K9 (dimana anaknya salah satunya juara di Jakarta setelah dibeli Kho Aron Jakarta), tetasan Jazz Madura, AKN suara super mewah, cewek super mewah bergelang WAT yang akan dijodohkan dengan Aku Rindu, dan Rudy NIF.
Uniknya, dari seluruh yang dipinang, Suparlan hanya memantau AML yang sempat runner up di LPI Pahlawan Cup. Itu pun karena kebetulan hadir di lapangan dan mendengar langsung suaranya. Sedangkan yang lainnya, Suparlan sama sekali tidak melihat dan mendengar langsung suaranya. Hanya mengandalkan informasi dari orang-orang yang dipercayainya dan tanpa pantauan, maka transaksi langsung jadi. Meski harus menggelontorkan uang ratusan juta.
Kenapa bisa demikian, Suparlan mengingatkan bahwa burung tidak ada yang bohong. Yang bohong adalah manusianya. Sulit menjelaskan kapan seseorang berbohong atau jujur. Sangat tergantung pada waktu (jam, hari dll), kapan komunikasi itu dilakukan ketika menawarkan burung.
Namun bekal ilmu soal trah, tipikal suara dan informasi akan perkembangan perburungan mesti dipahami. Suparlan berangkat dari seorang penancap bendera era 70-an, kemudian sempat diklat juri perkutut tahun 80-an dan mendapat predikat terbaik. Namun Suparlan enggan sebagai juri dan memilih bermain. Kemampuannya sudah teruji di event LPB dan LPI sejak 20 tahun terakhir. Banyak hasil tetasan dan bidikannya moncer di lapangan. Termasuk ketika meminang Angling Dharma dan Arya Kamandanu yang masih piyik yang kemudian moncer di Bangkalan Madura.
Perjalanan Suparlan bukan berarti selalu berjalan mulus. Batu sandungan tetap saja ada dalam setiap kehidupan. Namun jika dilalui dengan kejujuran dan penuh dengan rasa syukur serta usaha tanpa henti maka yang di Atas akan selalu menuntun ke jalan terbaik.
Di tengah panasnya liga perkutut yang akan dihadapai tahun 2019 baik di tingkat lokal dan nasional, Suparlan berusaha mendinginkan hati dengan mengoleksi bonsai. Baik jenis sentigi maupun dari Cina yang jumlahnya puluhan. *kb3