Rahasia Dapur Cendet “Sadis” milik H.Andika Situbondo, Bisa Bertahan Menuai Prestasi Juara Sampai Sekarang
Tak dipungkiri wilayah timur Jawa Timur memang gudangnnya jawara-jawara cendet nasional. Seperti dari Probolinggo, Jember, Bondowoso serta Situbondo, banyak muncul jago-jago cendet handal. Dan salah satunya adalah Sadis, cendet handal besutan H.Andika dari Asembagus Situbondo yang dipercayakan kepada Mr.Fandi sebagai dokter/mekanik.
Sekitar tahun 2015 lalu, nama Sadis mulai banyak diperbincangan kicuamania Blok Timur. Pasalnya, gaco yang memang punya senjata lagu ngeroll pelatuk yang dibawakan seperti kenari. Lalu disambung suara gereja yang lagi birahi serta suara burung-barung lainnya. Dan dilanjut dengan suara tembakan parkit dengan irama dan speed nyelneh (aneh).
Serta gaya tarungnya yang lengket satu titik dan hanya kepalanya saja yang gerak. Ditambah durasi kerjannya yang non stop nyaris tanpa jeda dari awal sampai akhir itulah. Sadis bukan saja sering kali mendapat pujian baik dari tim juri maupun dari penonton. Namun gaco hasil polesan Mr.Fandi ini juga sering memboyong tropy juara.
“Alhamdulillah, mulai tahun 2105 sampai sekarang Sadis tetap stabil. Kalau lagunya memang gak terlalu mewah dan volumenya juga gak dahsyat. Tapi Sadis itu burung kerja dan kalau sudah digantangan ketemu lawan. Langsung ngeroll dengan memainkan suara-suara tersebut diatas. Dan itu terus tanpa berhenti serta lengket satu titik,” terang Mr.Fandi sang mekanik.
Apalagi saat Sadis mengeluarkan suara tembakan parkit dengan irama dan speed nyelneh, tambah Mr.Fandi. Lawan-lawanya terutama yang ada seputar Sadis, langsung terdiam. Nah itulah kelebihan Sadis, saat dikepung oleh lawan-lawannya. Dan rata-rata jago-jago cendet yang ada di wilayah timur adalah jawara-jawara top nasional.
Sementara prestasi Sadis di arena laga dari th 2015 sampai saat ini sudah tak diragukan lagi. Karena beberapa even nasional mulai dari Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi. Kemudian Bali, Malang, Nganjuk sampai Piala Raja dan Piala Valentine Joga. Juga sudah pernah diluruk dan berhasil masuk nominasi juara.
“Ya itulah track record Sadis sejak tahun 2015 sampai sekarang. Dulu sekitar tahun 2016-2017 banyak kicaumania yang pingin meminang Sadis. Bahkan ada kicaumania yang berani dengan mahar yang tinggi. Namun berhubung H.Andika masih sayang, semua pinang itu ditolak dengan halus. Ya mudah-mudahan, performa serta kondisi Sadis bisa tetap stabil terus,” kata Mr.Fandi yang diamini oleh H.Andika.
FULL KRODONG, JANGRKIK CUKUP 5 EKOR
Menurut Mr.Fandi sang dokter dari Sadis, rawatan hariannya gak neko-neko. Pagi begitu keluar dari rumah dan masih di krodong, Sadis diberi pakan jangkrik cukup 5 ekor. Dan langsung dijemur dengan tetap full krodong sekitar 2 jam. Setelah itu diangin-anginkan sebentar, baru krodong dibuka lalu dimandikan dengan disemprot halus pakai handsprayer.
Dan setelah mandinya dirasa cukup full basah, kemudian Sadis hanya diangin-angin saja tanpa jemur. Selanjutnya setelah buluh-buluhnya sudah terlihat kering, baru dikrodong kembali dan langsung masuk rumah. Dan tanpa diberi tambahan eksfood lagi, hanya cukup diberi air minum saja sampai sore.
“Betul, baru sorenya sekitar pukul 16.00 WIB, Sadis diberi pakan lagi. Dan menunya tetap, jangrkik hanya 5 ekor. Jadi menu hariannya cuman jangkrik, pagi 5 ekor dan sore juga 5 ekor. Dan saat memberi pakan tetap full krodong, hanya bagian pintunya saja yang dibuka untuk memasukkan jangriknya. Lalu digantung kembali ke tempat semula,” bilang Mr.Fandi.
Dan itu rutin dilakukan mulai hari Senin sampai hari Jum’at. Dan Sadis tiap harinya full krodong, menurut pengakuan Mr.Fandi. Selain untuk menjaga staminnya, juga supaya Sadis biar tenang di dalam sangkarnya. “Ya bener, karena kalau krodongnya dibuka. Sadis bunyi terus dan tak mau berhenti. Itu yang saya jaga,” kata Mr.Fandi
Kemudian untuk rawatan sebelum lomba, dilakukan mulai hari Sabtu. Jadi Sabtu pagi seperti biasa, namun selain diberi jangrik 5 ekor. Kali ini Sadi juga diberi vitamin berupa kroto segar tapi cukup satu sendok saja. Baru dijemur seperti biasa cukup 2 jam, lalu mandi dan cukup diangin-anginkan. Setelah itu dikrodong masuk rumah sampai sore, baru diberi jangkrik lagi 5 ekor
Hari Minggu sebelum berangkat ke arena lomba. Sadis kembali diberi jangkrik 5 ekor dan tetap diberi kroto segar satu sendok makan saja. Selanjutnya setelah sampai di lapangan, Sadis langsung dijemur tapi tetap full krodong. Baru kemudian dimandikan lalau cukup diangin-angingkan dan dikrodong lagi.
Dan dua sesi sebelum turun, Sadis diberi tambahan jangkri tapi hanya 2 ekor. “Jadi setiap mau turun , dua sesi sebelumnya saya beri jangkrik 2 ekor. Terus begitu, ini untuk menambah staminanya di arena saat tarung nanti. Dan sengaja tanpa saya beri ulat hongkong, ini menjaga Sadis agar lebih awet kondisi fisiknya,” beber Mr.Fandi.
Namun yang jadi kunci dari semuanya itu, tambah Mr.Fandi. Kita harus tau karakter dari burung atau jago yang akan kita rawat itu dulu. Baru rawatannya kita sesuaikan, baik soal mandi, jemur maupun pemberian eksfoodnya. Dan jangan sekali-kali, merawat burung kita paksakan dengan keinginan kita. Pasti akan timbul masalah.
“Memang yang susah itu memahami karakter burung tersebut. Kita harus sabar, jeli dan terus mencari-cari settingan yang sesuai, baik untuk di rumah maupun di lapangan. Seperti Sadis, kalau jangkriknya kita tambah tarungya malah nakal. Kadang ngeruji kadang ya naik turun tidak tenang. Saya kira itu kunci merawat burung, dan selamat mencoba,” tutup Mr.Fandi. *kb2