Putra BaliMadu Bird Farm Denpasar, Setahun Moncer di LPB
HANYA dalam rentang setahun, Putra BaliMadu BF Denpasar mampu mengorbitkan salah satu tetasannya di kelas piyik hanging Liga Perkutut Bali. Apa yang membuat H Achmad Thosan, SS sang pemilik yang baru 1,5 tahun bergelut di perkututan begitu cepat berpretasi. Tidak saja berhasil memoncerkan gaconya di kelas dewasa, tetapi juga melejitkan tetasan PBM di arena konkurs. Konbur mencoba beranjang sana ke kandangnya di bilangan Kampung Jawa Denpasar untuk mengorek keterangan lebih dalam.
Berada di lantai empat, enam kandang yang merupakan peninggalan abahnya, sejak awal 2017 mulai dihidupkan dengan beberapa materi yang dibelinya dari beberapa peternak di Jawa melalui jejaring social. H Achmad Thosan mengaku awalnya sama sekali tidak tertarik bermain perkutut sepeninggal abahnya H Achmad awal 2000an. Karyawan biro perjalanan ini mulai kepincut ketika mengantar mertuanya lomba perkutut 2016. H Thosan sempat tak hirau tetapi mulai penasaran dengan suara perkutut yang dirasa berbeda antar satu dengan lainnya. Hadir kedua keluarga pedagang sate kambing ini mulai menyadari ada suara perkutut yang bagus. ‘’Saya langsung telpon paman Safei dan dapet ring IBM,’’ cerita Thosan.
Dicoba diturunkan di lomba dapat juara di hanging 2016. Hasil ini membuat Thosan semakin kesemsem. Mulailah ia membuka medsos. Beberapa peternak di Jawa mulai dikunjunginya di medsos. Beberapa diajak berdiskusi yang akhirnya menemukan HD Probolinggo. Dari HD Thosan mendapat seekor gaco yang diberi nama Putra BaliMadu. Ternyata diturunkan beberapa kali di LPB, Putra BaliMadu berhasil masuk burung terbaik 4 Junior 2016. H Thosan masih terus berburu. Kali ini dapat Geger BF yang diberi nama Putra Geger berhasil masuk burung terbaik 5 Senior 2017. ‘’Masuk LPB kedua burung ini dicoba diternak,’’ terang H Thosan.
Karena ada enam kandang yang kosong, Thosan mulai kepingin beternak. Bersama indukan-indukan yang lain yang sudah banyak disimpan H Thosan mulai memasangkan indukannya. K1 bermaterikan Anak Manja dengan HNN Malang, K2 Geger dengan Bali Ayu, K3 HD dengan JBM, K4 Bali Ayu dengan Bali Ayu, K5 Laras dengan PBM, dan K6 antara TLT dengan PBM. Geger 200 berdarah Tp666, Tp13, Putra Agung dan Bombastis, Anak Manja bermaterikan AM3 185, PS 10, AM 154 dan MMC 01. HNN A02 bermaterikan MMC M15 dengan IBO. Sedangkan Laras bermaterikan ALF C23 dengan TLT K5.
Dari K1 menetaskan Putra Madura yang sempat juara pertama hanging LPB November/Desember 2017. Ada juga yang moncer di posisi ketiga di kelas junior LPB 1 2018 yang diberi nama Gonzales. ‘’Kini masih ada beberapa ring PBM yang bakal diturunkan di LPB seri kedua,’’ ujar H Thosan.
SIAP TERIMA MASUKAN
Sebagai pemain termuda, H Thosan sangat terbuka menerima masukan. Tidak saja sharing di lapangan tetapi juga aktif di medsos. Karena itu ia begitu cepat bergaul di jejaring perkututan. Karena supelnya bergaul ia didaulat menjadi sekretaris di Korda Denpasar dan kini gerakannya terbukti bisa menghidupkan perkututan di Kampung Jawa dengan dibukanya kembali gantangan baru. Semangat membangun perkututan yang begitu tinggi juga selaras dengan kecerdasannya dalam mengelola kandang.
Cara berpikir H Thosan sangat sederhana. Kandang sedikit agar lebih mudah mengontrol. Maksimal paling 10 kandang. Untuk mempercepat mencetak kualitas suara, PBM selalu mengevaluasi setelah tiga anakan. Kalau jelek segera diganti dan disilang dengan yang lain. Karena tidak bermain trah yang dirasakan membutuhkan beaya yang besar karena rata-rata trah yang bagus harganya tinggi, maka PBM focus membeli indukan sesuai tipikal suara yang diinginkan. Paling tidak harus teruji di lapangan. Memastikan suara depan, tengah dan ujung bagus baru bisa masuk kandang. Begitu juga dengan ceweknya. Jika seluruh materi memiliki tipikal yang hampir mirip maka tinggal menyilangkan suatu saat, jika tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Tetapi H Thosan tidak alergi untuk memasukkan materi baru. Meki salah satu anakannya bisa moncer di hanging dan dewasa, PBM tetap menyuntikkan darah baru. Baik untuk meningkatkan kualitas depan, tengah maupun ujung. Seperti kini memasukkan darah Bali Ayu yang diharapkan bisa mensupport ujung dari PBM. ‘’Kalau memang ada ujungnya yang bagus kenapa tidak, wong saya suka beli suara,’’ kelakar H Thosan menyudahi perbincangannya di teras lantai empat rumahnya. *kb3