Menguak Rawatan Cendet “Dalang” orbitan H.Halili Pamekasan, Tiga Tahun Masih Stabil Mengukir Prestasi Juara
Tiga tahun sudah cendet Dalang menemani H.Halili mengukir pretasi diberbagai arena lomba. Meski tidak semua gelaran menjadi pilihan Dalang, namun yang pasti setiap kali turun lomba, Dalang selalu mengakhiri penjurian pada posisi terdepan. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak Dalang melumpuhkan cendet-cendet jawara papan atas yang pernah ditemuinya.
Namun sayang, aksi heroik Dalang, baik ketika berada diatas gantangan maupun saat selesai tarung dan juara. Seringkali luput dari pemberitaan media. Maklum H.Halili memang kicuamania yang selalu low profil dalam setiap penampilannya.
“Tujuan saya turun lomba bukan sekedar mencari kemenangan, namun lebih pada menyalurkan hobi dan menjalin silaturrahim dengan sesama mania kicau. Soal menang dan kalah, itu urusan belakang,” papar mania asal Pamekasan Madura. Namun yang pasti, kemenangan demi kemenangan yang diraih Dalang, semakin membuat namanya diperhitungkan lawan.
Media kontesburung.com mencoba menguak rahasia perawatan Dalang. Mulai rawatan harian sampai persiapan menjelang turun lomba. Sukses cendet Dalang mengukir prestasi diatas gantangan, tidak terlepas dari peran beberapa perawat yang dimiliki H.Halili. Selain Mr.Po, Cipto dan Kolet atau yang keren disapa Concrong adalah orang yang mendapatkan jatah untuk mengurus rawatan Dalang.
Menurut Mr.Po yang ikut memberikan andil menjadikan Dalang sebagai cendet tanpa lawan, bahwa rawatan dimulai saat pagi hari sekitar jam 07.00 wib. Diawali dengan membuka krodong, jangkrik sebanyak 5 ekor diberikan. Kondisi jangkrik yang diberikan harus tanpa kepala.
Artinya, sebelum jangkrik dibebaskan dari kaki, maka kepala harus menjadi anggota badan yang harus juga ikut disingkirkan. Setelah jangkrik dalam tempat sudah habis, maka penjemuran menjadi rutinitas Dalang yang harus dilakukan. Seperti pada umumnya, sebelum Dalang dihadapkan sinar matahari, maka tempat pakan dan minum dikeluarkan.
Penjemuran dilakukan bukan dengan cara digantung (digantang), namun diletakkan diposisi bawah atau diatas tanah. Kurang lebih satu jam berjemur, Dalang dipindahkan pada lokasi yang lebih teduh, kemudian diangin-anginkan. Kali ini posisi mengangin-anginkannya dengan cara digantung.
Sekiranya sudah habis hawa panas yang menyerang tubuhnya, maka proses mandi menjadi agenda berikutnya. Mandi dilakukan sampai seluruh badan Dalang basah kuyup. Proses mandi sudah bisa dikatakan selesai, jika Dalang sudah menunjukkan tanda-tanda didis atau memperbaiki posisi bulu yang sudah terkena air mandi.
Meski baru saja menjalani proses mandi, bukan berari penjemuran menjadi jadwal berikutnya. “Setelah mandi, Dalang tidak perlu lagi dijemur, melainkan cukup diangin-anginkan saja,” jelas Mr.Po. Jika kondisi bulu sudah benar-benar kering, maka memberikan krodong pada sangkar dimana Dalang tinggal didalamnya menjadi tugas berikutnya.
Setelah krodong, Dalang dikembalikan pada tempat semula. Baru sore hari sekitar pukul 15.00 sampai 15.30, krodong kembali dibuka namun tidak sampai terbuka secara keseluruhan. Posisi krodong dibuka hanya pada bagian depan (resliting) dengan tujuan untuk memberikan jangkrik padanya. Pemberian jangkrik sama seperti yang dilakukan pada pagi hari, jumlahnya cukup 5 ekor saja.
Kaki dan kepala jangkrik harus benar-benar lepas dari badannya. Selanjutnya krodong ditutrup kembali dengan rapat. Proses ini menandakan bahwa untuk rawatan Dalang selama seahri sudah dirasa sudah berakhir. Begitulah rawatan setiap harinya. Sedangkan untuk rawatan menjelang lomba, dilakukan seperti biasanya.
Yang membedakan adalah perlakukan pada Sabtu menjelang turun tarung. Mulai Sabtu sampai Minggu, Dalang menjalani proses krodong full. Tetapi pemberian jangkrik tetap dilakukan setiap dua kali sehari yakni pagi dan sore seperti jam biasanya, dengan jumlah yang sama pula yakni masing-masing 5 ekor.
Membersihkan bagian alas atau bawah sangkar, tidak perlu dilakukan. “Kalau mau lomba, Sabtu biasanya saya tidak pernah membersihkan sangkar, cukup kasih makan jangkrik,” kata Kolet atau Concrong. Baru pada hari Minggu, rawatan harian mulai diberlakukan kembali. Mandi dan jemur mulai dilakukan.
Biasanya Dalang menjalani rawatan mandi pada hari Minggu dilakukan di lapangan. Jika rawatan rutin di rumah dimulai dengan jemur terlebih dahulu, tidak demikian dengan saat hari Minggu. Setelah sampai lokasi lomba, Dalang dimandikan sampai basah kemudian dijemur. Proses ini harus melihat situasi dan kondisi. Artinya jangan sampai proses mandi dan jemur sudah mendekati jadwal gantang.
Untuk itulah H.Halili bersama sang perawat dan kru Peccot SF miliknya selalu mengusahakan datang ke arena lebih awal. Setelah menjalani mandi, dan sebelum dijemur, jangkrik sebanyak 5 ekor menjadi menu pembuka bagi Dalang. Dilanjut dengan jemur sampai kering. Diangin-anginkan, baru kemudian dikrodong kembali.
Menjelang detik-detik gantang, yakni kelas cendet kurang satu kelas, maka jangkrik 1 ekor diberikan. Jika akan tampil kedua atau ketiga kalinya, maka pemberian jangkrik sebelum tarung kurang satu sesi, jangkrik selalu menjadi menu yang tidak pernah dilewatkan. Apabila jadwal tarung sampai malam atau sore, maka rawatan mandi dan jemur menjadi keharusan yang juga tidak boleh dilupakan.
Menurut Mr.Po, jika sampai jam 15.30 masih berada dilokasi, maka Dalang kembali menjalani mandi dan jemur. Setelah mandi, jangkrik 5 ekor diberikan, kemudian dijemur seperti biasanya. Proses rawatan inilah yang menjadikan Dalang selalu moncer dilapangan, selain memang kualitas burung itu sendiri yang mumpuni. *kb10