Mengenal Sosok Bambang Dewa dan Resep Lombanya yang Selalu Nyaris Tanpa Komplain
Kontesburung.com – Sidoarjo, Komplain atau protes peserta di sebuah even lomba burung bisa disebut lazim terjadi. Bahkan ada panitia yang menjadikan komplain sebagai bagian dari dinamika di lapangan dan wajar muncul di setiap gelaran.
Namun demikian ada juga yang menjadikan komplain sebagai momok, sehingga ada perasaan ogah-ogahan kalau disuruh menggelar lomba dalam skala besar. Karena meski kemasan baik, juri juga sudah dimaksimalkan untuk menjaga fair play tapi terkadang masih saja muncul protes keras dari peserta.
Nah, bagi penyelenggara lomba yang ingin lombanya lancar fair play dan selesai tanpa protes, nampaknya perlu belajar dari gantangan Dewa 99 Medaeng, Sidoarjo, Jawa Timur, Karena dari sekian banyak lomba ditanah air yang pernah didatangai reporter kontesburung.com di Gantangan Dewa 99 inilah lombanya selalu hening tanpa protes, meski kemasan besar peserta bludak, yang namanya protes nyaris tidak pernah terjadi.
Mengapa demikian? Karena disana ada sosok yang dituakan dan dihormati yakni Bambang Dewa, pria yang menekuni sebagai pelomba sejak tahun 95 an, selalu ikut turun dilapangan bersama juri memantau jalannya lomba, bahkan sering ikut menjadi korlap. menariknya dari Sosok Bambang Dewa saat menemani juri, ia selalu bertindak profesional.
Dimana ia hanya fokus pada burung yang kerjanya menonjol untuk dirangking juaranya. Bukan melihat siapa pemiliknya atau siapa yang menggantang. Meski burung milik orang yang dia kenal dekat, kalau kerja lapangan kurang, jangan harap bisa masuk sepuluh besar, dan itu telah dibuktikan berkali-kali dari dulu hingga saat ini. Satu lagi yang menjadikan gantangan Dewa 99 sebagai gantangan terfavorit untuk didatangai oleh kicaumania di sekitar Sidoarjo dan blok timur adalah ketegasan menyelesaikan lomba bilamana ada peserta yang teriak.
Jadi kalau dalam lomba diumumkan tanpa teriak, kalau anda datang di lomba Dewa 99 jangan coba-coba berteriak, nanti akan tegur dengan keras oleh Bambang, sambil teriak memberikan peringatan “Kalau ada yang teriak lagi, penilaian lomba akan diakhiri”, kalau diingatkan sekali masih ada teriakan lagi, Bambang akan mengumumkan pada juri untuk menyudahi lomba kelas tersebut. Untuk burung yang juara diambil dari nilai tertinggi saat penilaian diakhiri.
Dan itu sudah dibuktikan berkali-kali, beberapa kali lomba dihentikan penilaian akibat ada yang teriak. Kalau sudah demikian pesertapun menerima tanpa protes.
Kalau ada peserta yang grundel atau marah akibat mengurangan jam penilaian, hal itu bukan diarahkan pada juri atau korlap, melainkan selalu diarahkan pada peserta yang teriak. Dengan beberapa kali kejadian diatas akhirnya membuat kicaumania berpikir ulang untuk teriak saat turun dilomba Dewa 99. Dari sikap disiplin dan komitmen tinggi yang diterapkan Bambang pada setiap gelaran, menjadikan lomba di Dewa 99 selalu ramai dan selalu didatangi kicaumania dari berbagai kota di blok timur, mulai Malang, Surabaya sampai Gresik juga beberapa kicaua mania asal Madura.