Kondisi Pasar Burung Bratang, Surabaya saat ini Memprihatinkan
Kontesburung – Siapa yang tidak tahu dengan Pasar Burung Bratang Surabaya, hampir kicaumania tahun 90 an dari luar kota mulai jakarta, kalimantan sampai Lombok pasti kenal dan pernah datang kesini. Pasalnya saat itu Pasar yang berada di kawasan Bratang bersebelahan dengan Terminal Bratang, setiap harinya selalu ramai pengunjung, apalagi hari Saptu dan Minggu parkiran penuh oleh kendaraan pengunjung.
Mereka umumnya datang dari sekitar Surabaya dan luar kota ada yang belanja burung untuk dijual lagi di daerahnya, ada juga yang belanja untuk bahan burung lomba. Dan setiap datang burung import dari luar negeri seperti Hwa Mei, Pok Say, Kenari, Black throat dan sejenisnya kondisi pasar tambah ramai, karena banyak bakul luar kota yang kulak disini.
Meskipun importinya orang jakarta, tapi setiap ada burung masuk, beberapa pedangan dipasar Burung Bratang ini selalu mendapat prioritas untuk dikirimi terlebih dulu oleh importir, pasalnya waktu itu konsumen burung impor banyak kicaumania dari Jawa Timur. Dan burung dari importir
ditampung oleh pedagang di lantai dua Pasar Burung Bratang.
Jadi jangan heran kalau disetiap kios dilantai dua bagian depan ada kursi kayu panjang, kursi itu disediakan agar pengunjung bisa nyaman dalam memantau burung. Karena jadi pusat jujugan pengunjung, ada kios yang dibuka untuk warung yang menyediakan makanan ringan dan bermacam minuman, makin membuat banyak pengunjung berlama lama disana.
Dalam perkembangan waktu sekitar tahun 2002 setelah burung burung Import dari Cina seperti Hwa Mei tidak bisa masuk, ditambah Impor burung dari Afrika seperti Black Throat dan sejenisnya tidak bisa masuk, kondisi Pasar Burung Bratang mulai terlihat surut, ditambah lagi muncul kasus flu burung dimana banyak petugas yang datang ke pasar untuk operasi Burung burung yang sakit dan lain sebagainya, membuat pedagang saat itu ketakutan, karena khawatir kalau dagangannya diambil petugas.
Dari permasalahan external itulah kondisi Pasar Burung Bratang terkena dampak penurunan pengunjung, yang berakibat langsung pada penurunan pendapatan para pedangan disana. Beberapa pedagang yang tidak mampu bertahan ada yang menutup atau menjual kiosnya dan itu sudah dilakukan oleh beberapa pedagang lama.
Nah, kondisi pasar yang lesu saat itu, makin terasa setelah terpaan Covid 19 khususnya pasar di lantai dua, bisa diibaratkan hidup segan matipun tak mau. Bertahanpun menurut salah satu pedangang disana cukup berat, karena minimnya pengunjung. Dia berharap pihak pengelola punya trobosan untuk mendongkrak kedatangan pengunjung, karena kalau pengunjung minim otomatis tidak ada pemasukan ke pedagang. “Dulu pernah di halaman parkir digelar lomba, setelah pengunjung lumayan rame, tapi lama lama turun lagi berlanjut sampai saat ini.
Padahal kalau melihat ragam dagangan burung yang diperjual belikan masih tetap banyak, dan dari beberapa pedagang yang bertahan tetap menyediakan burung masteran, burung siap
lomba, sampai sangkar ukir dan asesorisnya juga lengkap, bahkan kalau mau reparasi sangkar juga ada disana.