Cendet Mbah Pujan Tidak Dijual
Salah satu andalan Dewan Team Kartosuro, Jawa Tengah, adalah cendet Mbah Pujan. Pemiliknya, Inggah AP, mengaku tak bakal menjual cendet tersebut berapapun penawarannya. Bagaimana kisahnya?
Inggah membeli cendet tersebut tiga tahun yang lalu dengan banderol 600 ribu rupiah. Dinamai Mbah Pujan karena rasa sayang anak muda berusia 21 tahun itu pada kakeknya yang sudah wafat. “Untuk mengenang kakek saya,” ujarnya pendek.
Mulanya cendet ini hanya burung rumahan saja, enak didengar sebagai hiburan sambil minum kopi. “Tak ada niat sedikit pun membawa Mbah Pujan ke latber atau lomba waktu itu,” kisahnya pada kontesburung.com.
Ketertarikannya mengikuti lomba berawal ketika tetangga-tetangganya juga memelihara cendet. Iseng-iseng mereka mengadu cendet-cendet itu bila sore hari. “Dari situlah awal mula nggantang burung, sekarang jadi keterusan, ikut latber atau lomba kemana-mana,” cerita punggawa Dewan Team ini.
Kini, tiga tahun berlalu, banderol Mbah Pujan naik 10 kali lipat lebih. Tawaran itu disampaikan seorang teman yang ingin membawa Mbah Pujan ke Jember.
Tapi Inggah tidak bergeming sedikit pun. Itu lantaran, bagi Inggah, Mbah Pujan adalah sebuah amanah. “Sampai kapan pun tidak akan saya jual. Saya akan rawat hingga mati,” tandasnya.
Kenapa mereka begitu tertarik dengan Mbah Pujan?Itu karena Mbah Pujan memiliki banyak keunggulan. Mbah Pujan punya tipikal nagen, roll durasi, dan speed rapet. Selain itu Mbah Pujan juga piawai melantunkan lagu-lagunya seperti kapas tembak, jangkrik, lovebird, gereja, dan kenari. “Yang paling istimewa adalah suara jangkriknya, tembus dan kasar,” kata anak muda yang menekuni olahraga beladiri Pencak Silat ini.
Setelah melalang buana selama tiga tahun lamanya di Solo Raya dan sekitarnya, tentu banyak prestasi yang sudah diukir. Prestasi mana yang paling berkesan?Ketika berlomba di Jack Pot Cup beberapa bulan yang lalu. “Cuma dapat nomor 8 saja. Tapi buat saya lomba itu lah yang paling berkesan. Alasannya, Mbah Pujan saat itu tampil dalam kondisi top perform. Saya nggak pernah lupa hal itu,” katanya bersemangat. Kebanggan Inggah juga lantaran lawan-lawan yang di hadapi kala itu levelnya bukan sembarangan, hampir semua cendet-cendet top di Solo Raya dan luar kota ikut serta dalam perhelatan itu. “Bagi saya menang kalah itu bukan hal yang krusial. Kalau ikut lomba, saya cuma pengen cendet itu tampil baik. Itu saja,” tambahnya sportif.
Untuk mencetak cendet sebagus Mbah Pujan tentu bukan perkara gampang, apa rahasianya?Anak muda penggemar motor CB ini dengan senang hati membeberkannya. Untuk perawatan harian Mbah Pujan diberi voer Top Song plus jangkrik 2 ekor pagi dan sore hari. Agar tetap fres Mbah Pujan dimandikan sekali pada pagi hari saja.
Nah bila akan berlomba, H-3, setelan mulai kencang. Voer Top Song diganti dengan Super Fit. Selain itu, porsi jangkrik juga ditambah dari tiga menjadi 6 ekor. Agar stamina tetap terjaga dengan baik, Mbah Pujan dikerodong hingga Sabtu malam. Hari Minggu, bila akan naik gantangan, kurang dari 4 sesi, Mbah Pujan diberi jangkrik 5 ekor kemudian dikerodong lagi menunggu saat naik gantangan. Jika dirawat seperti itu Mbah Pujan tak diragukan lagi pasti bakal tampil edan.