H.Miun Bangkalan Madura : Kualitas Juri BnR Kapolda Jatim Cup Nol Besar
Usai sudah gelaran lomba burung berkicau Kapolda Jatim Cup yang dihelat pada Minggu, 29 April 2018 di Lapangan Makodam V Brawijaya Surabaya. Tumplek blek peserta menjadi bukti bahwa gelaran ini memiliki daya tarik bagi kicau mania. “Piala Kapolda Jatim kemasannya betul-betul memberikan yang terbaik bagi semua kicau mania Jawa Timur, pada umumnya,” tegas H.Miun, tokoh perburungan asal Bangkalan Madura.
Tapi sayang gemerlap even tersebut tidak diimbangi dengan kualitas EO yang dipercaya mengemas lomba. Sebab menurut H.Miun, SDM jurinya tidak mumpuni. “Setelah saya tahu kinerja juri di lapangan, saya bisa menyimpulkan bahwa kinerja juri yang bertugas di lomba Kapolda Jatim Cup ternyata dibawah rata-rata dan banyak muatannya,” lanjut H.Miun.
Dirinya mengibaratkan antara kinerja juri dan nama besar BnR bagai langit dan bumi. BnR merupakan organizer besar yang dibangun dengan semangat luar biasa dari seorang bernama Boy, namun kinerja juri yang bertugas di Kapolda Jatim Cup tidak seimbang dengan nama besarnya tersebut.
“Salam sejahtera buat Pak Boy. Ada kritik dari saya bahwa eman dan amat disayangkan nama besar BnR diciderai oleh crew juri yang tidak mumpuni SDM-nya yang hanya bisa gaya-gayaan di lapangan, tapi pengetahuan menilai burung nol besar,” imbuhnya. Harusnya juri sadar bahwa Boy membangun BnR sampai besar seperti sekarang ini tidaklah mudah, tapi kenapa dirusak oleh juri yang tidak bisa bekerja dengan profesional.
Apalagi H.Miun mengaku ikut membesarkan BnR di Madura, namun kini dirusak oleh juri yang tidak bisa menjaga amanat. Masih menurut H.Miun, juri yang diturunkan di gelaran Kapolda Jatim Cup, ternyata cuma hebat diseragam saja namun tidak memiliki kualitas sebagai juri. “Saya H.Miun Bangkalan, apa yang saya tulis ini bentuk ketidakpuasan dalam penjurian,” jelasnya.
Kekecewaan H.Miun berawal ketika di Kelas Love Bird A Wakapolda dengan tiket sebesar Rp 300 ribu. Love Bird miliknya lepas dari pantauan juri. Tiga kali mengeluarkan suara panjang, namun tak ada juri yang memberikan perhatian. Peluang menembus juara langsung pupus ditengah jalan. Berikutnya, ketika kelas Cendet A Karoops dengan tiket Rp Rp 150 ribu, dirinya mengalami hal yang sama.
Lagi-lagi juri tidak memberikan perhatian penuh. Kenyataan tersebut masih membuat H.Miun sabar meski kekecewaan itu semakin menumpuk. Namun ketika Kelas Cucak Hijau C Irwasda dengan nilai tiket Rp 200 ribu, lagi-lagi juri tidak begitu memperhatikan burung miliknya yang digantang pada nomor 61.
Saat itu pula H.Miun merasa dirinya telah dipermainkan oleh juri, terlebih ketika penentuan kejuaraan, burung miliknya tidak mendapatkan bendera koncer, padahal kerja burung bagus dan beberapa pasang mata yang menilai bahwa seharusnya burung pada gantangan 61 milik H.Miun bisa memperoleh bendera koncer.
Spontan, kesabaran H.Miun hilang. Protes pun dilancarkan. Tak ada satupun pihak yang mampu mengendalikan emosinya. “Masak burung saya kalah sama burung yang loncat-loncat dan didisan,” lontar H.Miun. Sampai akhirnya H.Miun berkesimpulan bahwa jika nanti kalau ada lomba di BnR cukup nyari burung yang harga Rp 800 ribu. Yang gak punya kualitas lagu serta irama yang bagus. *kb10