News

Menyongsong Munas PBI, Pengda Jatim Prioritaskan Perubahan AD/ART sampai Penilaian LB

PBI Pengda Jatim
KONSOLIDASI. Pengurus Teras PBI Pengda Jatim, saat memberi pengarahan sekaligus menampung aspriasi dari Cabang-cabang PBI di Jatim.

MENYONGSONG Musyawarah Nasional (Munas) PBI tanggal 3 – 4 Mei 2018 mendatang di Jogjakarta, Pengurus Daerah (Pengda) PBI Jatim yang dipimpin oleh Hery Sugihono SH, MH Rabu malam (25/4) mengumpulkan semua cabang di Jatim di Hotel Singgasana, Surabaya untuk melakukan konsolidasi.

Konsolidasi ini dilakukan agar keberangkatan ke Munas bisa membawa aspirasi masyarakat perburungan yang berkembang saat ini, sekaligus memperjuangkan hal-hal yang diperlukan untuk perbaikan internal PBI mulai dari AD/ART hingga padangan dalam menyusun pengurus baru.

PBI Pengda Jatim
HANGAT. Konsolidasi menyongsong Munas PBI mendatang, berlangsung hangat di Hotel Singgasana, Surabaya.

Rapat yang dihadiri oleh sekitar 25 orang perwakilan dari 13 cabang yang ada, berjalan cukup lancar dan cair, sehingga setiap pembahasan hal-hal akan dibawa ke Munas selalu ditanggapi positif oleh peserta. Salah satunya saat pembahasan AD/ART yang selama ini muncul isu penggabungan antara jabatan struktural dan fungsional, nampaknya perlu dilakukan pembenahan pada beberapa poin, karena dianggap sudah tidak relevan. Juga soal pembentukan cabang baru yang bisa diangkat oleh Pusat, sementara di wilayah tersebut sudah ada Pengda.

MAKIN DISEGANI. Parto PBI Cabang Jember, ingin agar PBI lebih dikenal di pusat makin disegani di daerah.

Cukup banyak masukan dari cabang yang perlu diakomodir oleh Pengda untuk dibahas di Munas termasuk tambahan kelas baru. Salah satunya seperti dicetuskan Nanang dari Cabang Pasuruan. Menurut Nanang, selama ini dirinya dan teman-teman PBI sering mendapat desakan dari kicaumania setempat untuk membuka kelas-kelas baru yang burungnya sudah bisa ditangkarkan.

Diantara yang dimisalkan oleh Nanang adalah pembukaan kelas Pleci dan kelas Branjangan. Karena, lanjutnya, konon burung ini sudah bisa ditangkarkan. Hal itu pun direspon positif oleh Hery Sugiono selaku ketua PBI Pengda Jatim.

“Semua masukan kita akomodir, kalau memang sudah ada yang berhasil menangkar kita lihat kebenarannya, kalau oke kita support peternaknya baru nanti kita usulkan, karena hal itu berkaitan dengan pelestarian burung itu sendiri,” ujar Hery Sugiono ketua Pengda Jatim.

Bahkan, Hary juga menyebutkan jika di Munas nanti, PBI Jatim akan mengajukan pilihan tentang penilaian love bird, menggunakan teriak ataukah rolling? Sedangkan PBI Gresik yang diwakili H. Said menyarankan agar PBI tetap menggunakan sistem rolling dalam penilaian love bird. “Kalau pakai sistem poin kan harus teriak-teriak. Sementara PBI komit menggelar lomba tanpa teriak, kok di love bird malah berteiak?” tandas H. Said.

Demikian pula dengan istilah lomba Balibu, PAUD dan Bursa, hal ini perlu diperjelas tentang penggunaan istilah sekaligus aturan mainnya. Karena seringkali ada manipulasi disitu, bahkan di kelas bursa sering muncul kabar miring, burung yang juara di bursa dibeli oleh “orangnya” sang pemilik sendiri, tentu ini tidak fair. Karena mereka hanya memburu hadiah. Sementara PBI selama ini dikenal penyelenggara lomba yang netral dan konsisten terhadap aturan. Juga dengan kelas Kenari, pakemnya juga perlu diperjelas antara isian Prenjak Sawah yang bunyi tik tik tik bisa juara di kelas kenari standar, bagaimana solusinya?

Diskusi kemarin malam memang terasa hidup, karena banyak cabang yang menyampaikan masukan untuk bisa dibahas di pusat, bahkan cabang ingin ada aturan tentang PBI Cabang bisa menggelar Latpres di luar jadwal lomba PBI yang sudah ada. Termasuk tiketnya, tiket untuk Latpres berapa? Sampai iuran untuk pusat dari cabang setiap menggelar lomba ikut dibahas.

Intinya konsolidasi tadi malam Pengda Jatim mendapat banyak masukan dari cabang, termasuk dari PBI cabang Jember yang diwakili langsung oleh pria yang cukup sepuh tapi enerjik yang akrab dipangil Parto. Ia ingin PBI yang sudah berdiri sejak tahun 70 an ini lebih dikenal oleh Menteri lingkungan hidup, sementara EO lain yan baru muncul sudah dikenal. “Ini perlu dicarikan jalan keluarnya agar PBI bisa makin disegani di daearah,” kata Parto.

Baca Juga :  Twister Cup, Semarang Komunitas Kembang Jogja Bakal All Out

Dalam pertemuan kemarin Pengda juga menunjuk tiga orang perwakilan yang masing-masing bertugas untuk mengusulkan sekaligus membahas aspirasi tersebut di Munas sesuai dengan bidangnya yakni bidang organisasi, bidang lomba dan bidang konservasi. “Semoga apa yang akan kita perjuangkan bisa terwujud, dan ke depan bisa menjadikan PBI sebagai organisasi yang lebih profesional, independen dan menjadi rujukan kicaumania dalam urusan penangkaran serta lombanya,” pungkas Hery Sugihono SH, MH.

Related Articles

Back to top button