Kacer Siliwangi Nyaris Quattrik, MB Sukhoi, MB Halilintar Dan Cendet Leher Beton Andalan Plat AG Kuasai AE I Cup IV Madiun
Tak hanya dijubeli burung-burung peserta lokalan atau karesidenan Madiun Raya, beberapa burung berlabel bintang asal Karesidenan Kediri juga sengaja turun gunung demi memperebutkan gelar juara di even bertajuk AE I Cup IV Madiun pada Minggu 12 Juli kemarin.
Dan benar saja. Burung-burung andalan Karesidenan Kediri yang kerap merajai beberapa even bergengsi lintas blok itu juga kembali menorehkan prestasi membanggakan di beberapa kelas yang diikutinya.
Salah satunya MB Sukhoi amunisi Wahyu AG asal Tulungagung. Berada di gantangan 07 pada kelas Murai Batu pembuka atau kelas Executive, MB Sukhoi langsung tampil mempesona begitu usai digantangkan. Tak hanya mampu mengeluarkan isian roll tembakan Greja dan Cililin yang divariasi lagu Rambatan, Kapas Tembak hingga Kolibri, aksi sujud dalam membawakan lagu-lagu itu juga tak hanya mampu menarik perhatian para kicaumania yang turut menyaksikan aksi menawannya, tapi para juri yang bertugas pun dibuatnya terkesima. Sehingga cukup wajar jika bendera koncer pun langsung tertancap pada nomer gantangan yang ditempatinya.
“Ya kebetulan ini adalah penampilan perdananya di even usai melewati masa ngurak dan masa libur pandemi, dan syukurnya mampu tampil maksimal,” celetuk Wahyu AG seraya mengatakan Bahwa karena persiapan yang cukup mendadak, menjadikan burung yang sempat mencicipi prestasi di beberapa even bergengsi itu tak lagi topform pada kelas berikutnya. Sementara untuk perawatannya sendiri, Wahyu AG mengaku hanya memberi EF Jangkrik 5 ekor pada pagi dan 5 ekor lagi pada sore harinya, sedangkan pemberian kroto sama dengan perlakuan memandikan yakni 3 hari sekali.
Di kelas Murai Batu utama atau kelas AE 1, kejutan datang dari burung peserta di nomer gantangan 04. Begitu digantangkan, burung tersebut langsung mengeluarkan lagu-lagu andalan mulai dari Cililin hingga Greja yang dibawakan sebagai jurus pamungkas serta durasi yang cukup panjang-panjang dan powernya yang tembus.
Alhasil dengan performnya yang cukup stabil dan gaya yang sujud-sujud tulah, maka tanpa keraguan lagi juri yang bertugas pun sepakat untuk menancapkan bendera koncer secara mutlak pada salah satu burung andalan Dwi Jalu SF Kediri yang diberi nama Halilintar itu.
Tak cukup sampai di situ. Amunisi Dwi Jalu lainnya yakni Kacer Siliwangi justru menorehkan prestasi membanggakan dengan nyaris saja menyapu bersih 4 kelas Kacer yang disediakan panitia, jika saja di kelas Kacer Executive posisinya tidak melorot ke posisi runner up setelah keberhasilannya meraih hattrik. Berkat keberhasilannya meraih poin tertinggi, Jalu SF pun akhirnya sukses merebut gelar juara umum SF.
Prestasi senada juga nyaris ditorehkan Cendet Leher Beton yang nyaris meraih double winner dan menyapu bersih 2 kelas Cendet yang digelar. Di kelas Cendet Bintang, burung besutan Ir Heru Kediri itu sebenarnya tampil edan sejak awal digantangkan, namun sayangnya sikapnya sedikit kurang tenang. “Tadi emang sedikit kebraen karena kalau tidak, gayanya tentu akan nancep satu titik,” celetuk Ir Heru.
Sementara bagi Hadi Battlax Kediri, meski hanya mampu mengawal Lovebird Roro berada di posisi ketiga, namun doi cukup puas dengan kondisi amunisi andalannya itu lantaran kondisinya yang kurang fit. “Jika saja kondisinya prima, tentu performnya akan lebih maksimal dan durasi kekean yang menjadi andalannya itu pasti akan keluar,” ujarnya.*