Latber Gela Gelo Foundation, Karanganyar Pemanasan Menuju ASHA AWARD, Makin panas

Kontesburung.com – Burung lomba itu bak atlet, perlu pemanasan dulu sebelum berlomba. Seperti yang terjadi pada latber Gela Gelo Foundation Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Sebelum melakoni even akbar bertitel Asha Solo Award 1 September 2019 mendatang, kicau mania Solo Raya mengasah mental dulu andalan mereka di gantangan milik Sanggir SF ini.
Secara umum latber yang digelar pada hari Selasa 27 Agustus 2019 ini berjalan lancar. Kicau mania Solo Raya berbondong-bondong hadir di gantangan ini. Mereka berdatangan dengan ciri khas mereka yakni menggendong sangkar karena umumnya naik motor.

Nah, yang menarik dari latber ini adalah ini besarnya animo peserta dikelas lovebird fighter. Meski tidak full gantangan, peserta dikelas ini tetap melimpah.Di Solo Raya dan sekitarnya kelas ini memang menjadi idola, tak salah bila pihak Gela Gelo Foundation menjadikan kelas ini sebagai andalan.
Sementara itu, pertarungan dikelas cucak hijau berlangsung seru, seperti halnya jargon dalam latihan ini ‘Berlatihlah Seperti Berlomba’. Tampil sebagai jawara dalam latihan ini adalah Temon milik Guntur Bledek dari Lambada SF. Berada di gantangan 21, Temon tampil heboh dengan serangkaian tembakan kapas tembak-nya. Tak hanya itu, cucak hijau milik warga Sumber Tapen, Solo ini juga kerap mengeluarkan suara mesin jahit-nya. Kedua isian inilah yang membungkam lawan-lawannya sore itu.
“Belum maksimal, saya berharap semoga dalam even Asha Solo Award nanti Temon bisa tampil maksimal, ” ujar Guntur Bledek mengenai persiapan Temon menjelang even yang menyediakan hadiah 5 buah motor itu.

Partai seru lainnya ada di kelas Kacer. Sebagai jawara adalah Sliwer milik Purwanto Gumpang, Kartasura. Burung yang pernah ditawar seharga 7,5 juta ini tampil dengan jogetannya yang menawan sore itu, buka ekor sambil melantunkan lagu-lagunya yang dominan kapas tembak yang disebut Purwanto sebagai brem-breman. “Sliwer ini kalau kerja telat. Kalau orang-orang masih ada disekitar gantangan maka dia belum mau bunyi tapi kalau sudah bubar baru dia mulai beraksi, ” papar Purwanto yang selalu didampingi putranya ketika berlomba.
Adapun dikelas murai batu tampil sebagai kampiun adalah Koclok milik Landung, penduduk Cemani, Sukoharjo. Murai batu Nias ekor hitam ini boleh dibilang sempurna dan komplit dalam membawakan lagu-lagunya, seperti cililin, cucak jenggot dan gereja tarung. Selain itu Koclok juga istimewa dalam hal volume. “Volumenya memang mumpuni. Kalau musuhnya teriak dia otomatis juga teriak, ” kata Landung.



