Supernova, Orbitan Abdul Wahid Nofa Bird Farm Bangkalan, Makin Kencang Memburu Prestasi
Diusia yang masih piyik, Supernova sempat membuat gaduh hobi perkutut tanah air karena kualitas suara yang sempat diperdengarkan. Beberapa kung mania yang sempat menangkap suara Supernova langsung berkata “woow”. Ada yang berusaha mengejar dan memasang harga untuk bisa mendapatkan perkutut produk Nofa Bird Farm Bangkalan, ada pula yang hanya sebatas tanya-tanya.
Supernova lahir bukan dari kandang peternak papan atas atau peternak yang menghabiskan dana besar untuk membangun kandang, namun sebaliknya, perkutut yang berakte kelahiran pada 26 Agustus 2018 muncul dari peternak pinggiran tepatnya Desa Keleyan, Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan Madura.
Abdul Wahid, selaku pemilik farm mengaku bangga dan senang bisa melahirkan anakan dengan kualitas yang terbilang super baginya. “Awalnya saya tidak percaya dengan apa yang saya alami. Ada burung dengan kualitas super muncul dari kandang ternak saya sendiri.
Namun demikian saya berusaha untuk bangga dan bersyukur dengan apa yang sudah ada,” terang Abdul Wahid. Perburuan yang dilakukan kung mania untuk mendapatkan Supernova,tidak membuahkan hasil. Supernova masih resmi menjadi milik Abdul Wahid. Sampai akhirnya Abdul Wahid sendiri memilih untuk melombakannya.
Turun pertama kali di Kelas Piyik Hanging, Supernova masih mendapatkan juara meski tidak sesuai yang diharapkan. Faktor kurang bunyi menjadi kendala baginya untuk menembus daftar kejuaraan di barisan paling depan. Lomba demi lomba menjadi acara yang rutin diikutinya.
Meski tidak mampu hadir di depan, Wahid mengaku sabar dan tenang menghadapi kenyataan tersebut. Ia sadar bahwa rawatan yang dilakukannya seorang diri, tak mampu mendongkrak performa perkutut yang lahir dari kandang Nofa A-4 (Nofa 444 x Nofa DDD).
Dirinya berandai-andai, jika saja Supernova berada di tangan seorang perawat handal, maka prestasi yang dibukukan akan lebih bagus dari apa yang selama ini sudah dicapai. Abdul Wahid mengaku bahwa rutinitas yang diberikan pada Supernova, tidak ada yang istimewa.
Semua dilakukan sesuai standar rawatan burung pada umumnya. Namun demikian setiap kali turun lomba, Supernova selalu memberikan dirinya tambahan koleksi trophy juara plus piagam. Seiring perjalanan waktu, ketika Supernova sudah tidak bisa lagi berlaga di kelas hanging, maka Kelas Piyik Yunior menjadi pilihannya.
Liga CTP Burd Farm Bangkalan menjadi ladang baginya untuk kembali menambah koleksi trophy. Dari empat liga yang sudah berjalan, liga pertama dan kedua, Supernova masih belum mau manggung. Di liga ketiga Supernova sempat mempertontonkan performa terbaik meski akhirnya harus menjadi runner-up karena syarat bunyi yang dimiliki tidak mencukupi mengantarkannya pada podium pertama.
Nah, di liga keempat inilah Supernova membalas kekalahan sebelumnya. Empat babak penjurian, Supernova langsung dinobatkan sebagai juara pertama. Masih menurut Abdul Wahid kemenangan ini diraih bukan karena ada sentuhan rawatan khusus. “Sampai saat ini Supernova masih menjalani rawatan apa adanya, tidak ada rawatan apalagi perlakuan khusus,” lanjut Abdul Wahid.
Setiap harinya Supernova menghuni kandang hambatan bersatu satu ekor perkutut seusianya. Menjelang tarung yakni pagi saat akan berangkat ke lokasi lomba, Supernova dipindahkan dari kandang umbaran ke sangkar, kemudian berangkat menuju arena. Usai lomba, Abdul Wahid mengembalikannya pada kandang umbaran. Rutinitas inilah yang sampai saat ini dilalui oleh perkutut yang masih berusia sekitar tujuh bulan.
Abdul Wahid menambahkan bahwa selama tarung di gelaran Liga CTP Bangkalan, kondisi Supernova tidak dalam performa bagus. “Saya lihat kondisinya kurang sehat dalam beberapa kali tarung, namun tetap saya paksakan karena tidak ada lagi burung yang bisa saya bawa ke arena lomba,” lanjut Abdul Wahid.
Kenyataan inilah yang membuat dirinya makin yakin untuk membawa Supernova, menjelajah konkurs tanah air. “Mudah-mudahan kondinya cepat pulih dan siap untuk meraih prestasi bagi,” harap Abdul Wahid.