Setelah Hidupkan Kamis Guyub Rukun di Gantangan Puri Agung Glogor: PBI Akhirnya Mengundurkan Diri dari GPAG
Sebagai organisasi social tertua di Indonesia yang berggerak di bidang konservasi, lahir tahun 1973, Pelestari Burung Indonesia senantiasa mengedepankan marwah pelestarian dan silaturahmi. Karena itu, di setiap event yang menggunakan juri dari PBI kelas-kelas ring menjadi prioritas utama dan membangun hubungan tali persaudaraan selalu dikedepankan.
Marwah PBI selalu dikedepankan tidak saja di lomba besar tetapi juga di latber-latber. Seperti Kamis Guyub Rukun PBI di Gantangan Puri Agung Glogor Denpasar. Sejak latber itu dibuka hingga terakhir bertajuk Road To Piala Puri Agung Glogor, 4 April lalu, antusias kicau mania untuk meramaikan gelaran Kamis Guyub Rukun PBI begitu luar biasa. Rata-rata yang hadir mencapai di atas 300 peserta.
Dukungan para loyalis yang telah berperan besar menghidupkan Kamis Guyub Rukun menjadi sebuah latber bercita rasa lomba, tidak saja menguntungkan peserta karena banyak bonus dan voucher tanpa potongan, tetapi juga sekaligus menguntungkan GPAG yang semakin dikenal pemain. Sementara panitia tanpa menomorsatukan keuntungan, bahkan sering kali juri tanpa honor, masih bisa bernapas lega telah mengenalkan pakem PBI kepada para pemula. Dan yang utama mewujudkan latber yang fairplay dalam suasana guyub rukun. ’’Namun sayang, di tengah antusias kicau mania untuk hadir di Kamis Guyub Rukun, PBI harus mengundurkan diri dari Gantangan Puri Agung Glogor,’’ terang Ketua Pengda PBI Bali Fadjar Soebagio yang juga diamini Amar Pandawa yang dipercaya mengelola Kamis Guyub Rukun GPAG .
PBI mundur dari GPAG karena merasakan bahwa rel kereta guyub rukun sudah tidak sejalan lagi. Ada yang pincang yang membuat kereta berjalan terseok-seok. Agar ke depan tidak terjadi sesuatu hal yang mengganggu hubungan yang baik antara PBI dengan pengelola atau pemilik GPAG, begitu juga dengan EO yang lain, maka mengundurkan diri adalah jalan terbaik. ‘’Karena kami berawal datang dengan cara yang baik maka keluarnya pun juga secara baik-baik dan sampai kapan pun tetap mengedepankan guyub rukun,’’ tambah Amar Pandawa.
PBI yang lahir sejak tahun 1973, dalam perjalanannya di Bali telah menggelar berbagai lomba skala local dan nasional sejak era pertengahan tahun 90-an. Di antaranya Ajeg Bali Cup, Jalak Bali 1 dan 2, Bali Koalisi, Giri Prasta, Bali Shanti, sederet agenda lomba di kabupaten. Bahkan lomba tanpa teriak pertama kali di Indonesia dicetuskan pada gelaran PBI Cabang Tabanan di Taman Kota Sanggulan.
Seiring waktu, kehadiran EO semakin menambah gemebyar dunia perburungan di Bali. PBI sebagai organisasi tertua menyambut positif dan siap bersama-sama membangun perburungan Bali yang berbudaya, bermartabat dan selalu mengedepankan guyub rukun. Guyub rukun bukan sebatas slogan, tetapi mesti diejawantahkan dalam kehidupan nyata. *kb3