Bali Shanti Cup III 22 April 2018, Dikawal Enam Panitia Wujudkan Lomba Yang Bersih
SEJAK Bali Shanti I digelar tahun 2016 dan berlanjut jilid II pada 2017, panitia yang digawangi D’Yan Samurai telah menyuguhkan sebuah pentas lomba yang benar-benar beda dari biasanya. Tidak sekedar pada nilai tiket dan jumlah voucher yang menjadi ukuran, tetapi lebih dari itu adalah panitia telah mewujudkan sebuah lomba yang benar-benar menjunjung tinggi sportifitas. Komitmen yang sama dari panitia kembali dipersembahkan buat kicau mania Nusantara pada gelaran Bali Shanti Cup III yang bakal digulirkan, Minggu 22 April 2018 mendatang di lapangan Korem 163/Wirasatya Udayana Denpasar.
Bali Shanti Cup III bukan sekedar menawarkan tiket yang terjangkau dengan hadiah terbilang tinggi tanpa potongan di semua kelas berapa pun peserta, plus undian aneka macam barang dan hadiah utama sepeda motor. Juga menobatkan empat burung terbaik dan juara umum. Tentu yang paling utama dari kesuksesan sebuah lomba adalah panitia mampu mewujudkan lomba yang benar-benar fairplay.
Untuk mewujudkan harapan itu, ada enam tokoh yang punya komitmen besar terhadap PBI yang mengawal penjurian pada gelaran Bali Shanti jilid III. Yakni Mr. Baim Bali yang dipercaya menjadi pembina, ketua panitia D’Yan Samurai, pengawas Agus Marga, penasehat Jhon Dendy, ketua pelaksana Andi ADR, dan ketua cabang PBI Denpasar Santo Utoyo. Kehadiran mereka di lapangan merupakan wakil dari peserta, panitia dan organisasi PBI untuk mewujudkan sebuah lomba yang benar-benar menjadi harapan semua pihak. ‘’Di gelaran Bali Shanti, kami bukan mencari keuntungan pribadi. Tetapi kami yang mencintai perburungan khususnya PBI yang komit pada pelestarian ingin menunjukkan pada masyarakat perburungan sebuah gelaran yang layak dan pantas buat sang juara,’’ terang D’Yan Samurai.
Untuk mewujudkan lomba yang bersih, panitia telah menerapkan aturan main yang mengayomi semua pihak. Misalnya sangkar bersih dari sticker dan cat identitas. Juri terpilih dari yang terbaik, diisolasi selama di Bali, tiket gosok yang tidak bisa memilih nomor gantangan, pengawasan yang ketat dari panitia ketika penjurian, dan tentunya lomba tanpa teriak untuk memberi ruang bagi juri untuk memberikan penilaian yang maksimal. Nah, jika komitmen panitia begitu besar untuk mewujudkan lomba yang fairplay, tentu tidak ada alasan bagi kicau mania untuk tidak mencoba gelaran untuk membuktikan gacoannya layak dikukuhkan sebagai sang jawara. *kb3