Apa yang menjadi harapan Art Bali BC untuk menggelar Art Bali Cup 1, Minggu 21 Oktober 2018 di gantangan Mawang Gianyar bersama Radjawali Indonesia DPW Bali tidak lebih dari sebuah sumbangsih dari sepasukan kicau mania yang masih muda belia ini untuk ikut berkontribusi pada perburungan di Bali khususnya di wilayah Gianyar.
Sebagai pemain pemula yang baru muncul dan rajin mengikuti lomba di Bali, Art Bali sudah merasakan bagaimana sebagai pemain. Namun kali ini pasukan Art Bali memposisikan diri sebagai tuan rumah dan berusaha untuk memberikan yang terbaik buat para tamu.
Di tengah semaraknya gelaran lomba di hari Minggu, Art Bali Cup 1 tidak pernah mundur untuk memberikan yang terbaik buat pemain. Tidak saja bekerja sama dengan juri Radjawali, tetapi juga hadiah yang diberikan sesuai dengan yang tertera di brosur. Bahkan bonus pun keluar khususnya di kelas Bali. ‘’Ini komitmen kami ingin memberikan yang terbaik buat pemain,’’ ujar ketua panitia M Ali.
Tidak saja voucher yang sesuai tertera di brosur juga trofi eksklusif buat para juara serta di akhir acara berbagai macam barang dan burung diundi buat pemain.
Lomba sempat ditunda beberapa menit karena ada kemacetan, diawali naiknya kelas punglor merah. Puma tanpa diduga sukses naik podium utama setelah menyisihkan para jawara Bali seperti Gopal, Narantaka dan Maharaja. Namun di laga utama kelas ART, Titanium milik Widhi sukses mengejar ketinggalan setelah unggul di posisi puncak. Titanium dipepet Madona, Gopal, Maharaja dan Narantaka. Baru di kelas penutup Narantaka milik Ian Mahayasa yang baru berjaya di tanah Jawa sukses naik panggung. Kali ini Madona dan Maharaja memepet di posisi kedua dan ketiga. Narantaka pun ditetapkan sebagai merah terbaik.
Ketika kelas cucak ijo naik, suasana mulai tegang. Maharaja yang diusung Ari Antox sukses di puncak setelah tampil dengan roll tembaknya yang ciamik. Namun di laga utama, Jaran Goyang yang diusung Sinyo Bing sukses memimpin di leg kedua yang dipepet Neraka milik Erik Tatto. Di laga ketiga Rojo Alas yang stabil di tiga besar berhasil melejit ke puncak menggeser Jaran Goyang di posisi runner up. Disusul Preman Ijo di tempat ketiga. Di laga pamungkas Preman Ijo semakin gila dan akhirnya memuncaki kelas penutup dibuntuti Jaran Goyang. Dengan sekali di posisi puncak dan dua kali sebagai runner up, Jaran Goyang ditetapkan sebagai cucak ijo terbaik.
Turunnya murai mania papan atas Bali membuat pertarungan sengit antar gaco terjadi. Badai Emas asuhan Andrew Atmaja dengan joki andal Hans Fery sukses menunjukkan kelasnya setelah bersaing ketat dengan gaco-gaco pilih tanding lainnya seperti Red King milik D’yan Samurai, Akasaka milik Mr. Temy, Pangeran milik Mr. Baim. Sempat ketegangan terjadi karena pemain mengklaim burungnya sudah bekerja maksimal. Namun untuk membuktikannya leg kedua pun dibuka.
Di kelas utama ini, pertarungan kembali terjadi. Saling sahut tembakan terus terdengar. Red King yang kebetulan bertemu musuh tangguh di sebelahnya begitu ngotot dengan rolingannya yang rapat tanpa jeda. Red King semakin garang sambil memuntahkan tembakan-tembakan beruntun baik love birdan, kapas tembak, kenarian dan jurus pamungkasnya tembakan cililin. Red King akhirnya memenangkan di kelas utama disusul Jagger milik Agus Sapujagad di posisi kedua dan Akasaka turun ke posisi ketiga.
Masih ada dua kelas lagi, Akasaka akhirnya berhasil naik ke puncak setelah adu tarung dengan Morvin dan Soviet 17. Dan di laga pamungkas giliran Jagger yang naik panggung dipepet Badai Emas. Akasaka yang stabil sejak awal akhirnya memenangkan murai batu terbaik.
Tidak saja ketegangan terjadi di kelas panas cucak ijo dan murai batu, juga di kelas love bird setelah turunnya gaco-gaco papan atas Bali seperti Bendol 19, Bongkar dan Alap Alap. Bongkar milik Candra Puas yang semakin fenomenal di lapangan memenangi di leg pertama. Bongkar kembali berjaya di leg kedua. Namun di empat laga berikutnya Bongkar sukses sebagai runner up. Dari enam kelas lB dewasa yang tersisa ketiga gaco ini berbagi poin, namun karena Bongkar empat kali sebagai runner up maka berhak dinobatkan sebagai love bird dewasa terbaik. Sedangkan lima kelas paud yang tersedia menempatkan Lecep milik Nevi Bass meraih gelar paud terbaik.
Ada tiga lagi burung terbaik yang bersaing sangat ketat di masing-masing kelas. Di antaranya White Angel sebagai kenari terbaik milik Dody, Mayor cendet terbaik, dan Jagoar milik Yan Awa sebagai kacer terbaik.
Di balik ketatnya pertarungan masing-masing gaco untuk merebut burung terbaik yang membutuhkan stamina agar stabil di setiap penampilannya ternyata perebutan juara umum berlangsung adem-adem saja. Terlebih lagi pemburu poin yang dipimpin langsung Andi Lontong begitu lihai mencari dukungan buat Warung Enak BC dan Bintang Selatan SF yang akhirnya memenangkan juara umum BC dan single fighter.
Namun bagi tim dan SF yang kalah tetap merasa bersyukur karena bisa ikut meramaikan gelaran Art Bali seperti Duta Giri Prasta Cup III yang digawangi langsung D’Yan Samurai. Begitu juga SDW BC yang dipimpin Yan Awa termasuk Jalak Bali Team yang didatangi langsung Goenadi Santosa dan Ngurah Adi JBT.
Ketua Panitia M Ali, didampingi ketua pelaksana David Erly dan ketua RI Bali Jimmi Hendrik mengucapkan terimakasih kepada seluruh kicau mania yang sudah memenuhi undangan panitia seraya memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. *kb3