Piala Raja 22 Yogyakarta #4 – DiSediakan Kelas G24, SMM Antusias Sukseskan Even Kolosal
Ada lagi yang spesial di gelaran Piala Raja ke 22 yang dihelat di area parkir Stadion Sultan Agung Bantul Yogyakarta (18/9) kemarin, yakni dengan keikutsertaan SMM (Seduluran Murai Mania) di 2 kelas khusus G24 tiket Rp 1,5 juta dan Rp 1 juta.
Memiliki konsep lomba yang berbeda tak membatasi komunitas para pecinta Murai Batu itu untuk bersilaturahmi dengan Organisasi tertua di Indonesia yakni PBI (Pelestari Burung Indonesia). Ditambah lagi dengan disediakannya kelas G24 di 5 kelas yang terselenggara, semakin memperkuat member SMM untuk ikut serta memeriahkan lomba yang menjadi magnet bagi penggemar burung berkicau seantero negeri ini dengan mengambil tajuk “SMM Goes To Piala Raja 22”.
“Yang paling utama kita ke sini yakni menyambung tali silaturahmi, menjaga Marwah sebagai tamu maka kita harus selalu baik di manapun berada dan kita gak ada ambisi untuk gimana-gimana. Selain itu yang menyebabkan kita untuk datang ke sini juga karena adanya kelas G24,” ucap Abah Tatuk ketua SMM yang menyempatkan hadir bersama dengan para member SMM.
Dan seperti diketahui bahwa SMM selama ini emang sangat getol dalam mengkampanyekan perlombaan burung sistem G-24, yang dinilai bisa meminimalisir kecurangan. Sehingga lomba fairplay dan nyaman pun tidak akan sebatas hanya slogan semata, namun emang betul-betul bisa dirasakan oleh semua pihak khususnya peserta. Yang menang akan sangat bangga dengan pencapaiannya, begitu juga dengan peserta yang kalah akan ikut merasakan legowo dengan hasil yang dicapai.
Alhasil, apresiasi yang cukup besar pun ditunjukkan SMM kepada lomba kolosal yang dikomandoi H M Samsul selaku ketua pelaksana. Diantaranya dengan menggerakkan para member SMM untuk datang dan ikut memeriahkan even kolosal ini.
Dan pastinya, burung-burung terbaik milik para member SMM juga tak ketinggalan untuk diusung sekaligus membuktikan kualitasnya di even yang sangat prestisius di segala jenis burung ocehan itu.
Salah satunya ditunjukkan DX 87 besutan Andri Bolang Ngawi. Turun di 2 kelas khusus SMM, burung yang piawai dalam memainkan lagu-lagu kasar yang sangat bervariasi plus volume kerasnya itu pun mendominasi jalannya pertandingan dan sekaligus mengantarkannya merebut podium juara dua kali alias nyeri.
Namun ada yang menarik di kelas G-24 yang dikemas PBI cab. Bantul selaku penyelenggara itu. Seperti halnya di gelaran SMM, penentuan nomer gantangan peserta dilakukan dengan cara diundi secara terbuka sebelum dimulainya kelas-kelas tersebut. Begitu halnya dengan kelas khusus SMM yang pengundiannya dilakukan di Paddock member SMM sembari mencatatkan nama peserta plus nama burung yang akan digantangkan.
Sedangkan penugasan juri sendiri dilakukan dengan cara diundi. “Kami telah menyiapkan juri-juri terbaik yang akan dipilih 6 juri plus 2 korlap, yang khusus diperuntukkan di 5 kelas seperti kelas Panitia, tiket 11 juta, tiket 5 juta dan 2 kelas SMM,” ujar H M Samsul yang menyempatkan untuk tetap hadir meski dalam kondisi sakit.
Masih belum cukup sampai di situ. Khusus di 5 kelas itu termasuk kelas SMM, panitia juga mempersilahkan peserta baik itu pemilik maupun joki untuk masuk ke dalam area gantangan selama masa penilaian berlangsung. Agar peserta bisa memantau langsung hasil penilaian yang dilakukan juri.
Dan benar saja. Vicky salah satu juri andalan SMM pun ikut mengawasi serta menilai burung dari luar tenda gantangan. Hasilnya pun cukup mencengangkan, karena burung-burung terbaik pilihan juri nyaris sama persis dengan pengamatan yang dilakukan Vicky.
“Meski hasil pantauan saya tidak menjadi patokan lantaran saya hanya bisa melihat perform burung dari luar tenda gantangan karena yang mengetahui persis materi lagu ya hanya juri itu sendiri, ternyata seusai penilaian selesai, hasil pilihan saya semua masuk ke 10 besar pilihan juri yang bertugas,” ujar Vicky.
Sementara itu. Abah Tatuk yang saat itu juga mendapat penghargaan dari PBI, mengaku cukup senang dan berterima kasih atas apa yang diberikan panitia. “Alhamdulilah, saya tidak meminta untuk mendapat penghargaan. Ya mungkin PBI melihat sisi baik dari apa yang kita lakukan di dunia perburungan,” ungkap Abah Tatuk.
“Saya hanya berharap Piala Raja semestinya bisa kembali lagi ke Prambanan. Karena Piala Raja merupakan lomba dengan agenda tahunan yang paling baik, paling bagus dan paling fenomenal di Indonesia. Jadi menurut saya kurang pas jika diselenggarakan di lokasi seperti ini,” tutupnya.*