Kembali sukses mengantarkan Batosay bertahan di jalur juara, H Wiwid Malang juga sempat melepas salah satu gaconya. Sementara Halilintar akhirnya kembali menunjukkan kualitasnya di Cendet Vaganza yang dikemas The Sultan Malang (4/9) kemarin.
Bisa jadi Batosay menjadi salah satu burung yang selalu bekerja di tiap sesi yang diikutinya dan selalu mencatatkan namanya di kolom daftar juara. Dan benar saja. Di kelas pembuka, walau performanya masih belum maksimal namun kehandalannya dalam memainkan lagu-lagu masteran mampu mengimbangi burung-burung peserta lainnya dan berhasil berada di posisi 5 besar.
Di kelas utama, burung yang sempat menorehkan prestasi membanggakan di SMM feat 76 Team itu mendapat perlawanan sengit dari rival-rival terberatnya seperti Singo Edan gaco Yuss YNWA Malang dan Pegasus andalan Rey Sisik Merah BF. Sayangnya Dewi Fortuna masih belum berpihak padanya dan hanya mampu meraih peringkat 3.
Kembali diturunkan di sesi Battle A, burung yang sudah berada dalam tangan H Wiwid sekitar 2 bulan itu akhirnya menunjukkan kualitasnya sebagai burung jawara. Meski mendapat perlawanan dari Socah milik H Rudy, Anak Emas gaco Adimas, Pitersen amunisi Agung MHD dan 81 milik Bendol, menjadikan Batosay semakin ngotot dalam memuntahkan lagu-lagu yang berhasil didubbingnya dengan baik.
Dominasi pukulan-pukulan panjang yang disertai dengan power tembus plus durasi kerja yang totalitas, menjadikannya sebagai salah satu kandidat kuat dalam perebutan podium juara. Bersaing ketat dengan Socah di nomer 12, Batosay yang menempati nomer 14 pun akhirnya unggul dalam perolehan 3 bendera koncer A dan 1 bendera koncer B.
Menariknya lagi, gaco lawasnya di kelas Kacer yakni Black Jack yang sempat menorehkan prestasi double juara 3 di 2 kelas yang disediakan panitia pun akhirnya dilepas ke Dayat Malang dengan mahar Rp 60 juta. Dan hal itu cukup beralasan bagi Dayat, meski saat itu belum berhasil meraih juara 1 namun doi mengaku telah membidik burung yang stabil di jalur juara itu cukup lama.
Sementara itu. Dwi Jalu Kediri yang mengandalkan 2 gaco andalan yakni Kresno dan Halilintar di kelas Murai Batu akhirnya masih bisa mempertahankan tradisi juara di berbagai even yang diikuti di tiap minggunya.
Menarik untuk diikuti, lantaran di perhelatan kali ini Jalu nyaris aja pulang dengan tangan kosong, lantaran di kelas-kelas sebelumnya masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Apalagi Kresno yang diunggulkan di kelas utama, gagal juara lantaran di tengah performanya yang apik tiba-tiba burung yang khas dengan suara kristal dan volume kerasnya itu turun tangkringan sehingga mendapat bendera diskualifikasi.
Untungnya kekecewaan yang dirasakan Jalu saat itu akhirnya bisa terbalaskan di sesi Murai Batu Battle B, berkat aksi mengagumkan dari Halilintar.
Berada di nomer 04, gaco unggulan dari Dwi Jalu saat ini ditengah mabungnya Adipati langsung tancap gass sesaat usai digantangkan. Dengan gaya sujud yang ngotot diperindah dengan gaya neklek, Halilintar terlihat sangat ngotot saat mengobral lagu-lagu dahsyatnya yang sesekali mengeluarkan pukulan-pukulan panjang.
Bersaing ketat dengan Jibril andalan KLX BF di nomer 02, Halilintar justru tampil lebih menggila dan tenaga yang dikeluarkan seolah tak ada habisnya. Finishnya, 3 bendera koncer A yang tertancap di nomer yang ditempati sukses mengantarkannya merebut tahta juara.*