SMM feat Kober SF Pasuruan – Kemasan Mewah, All Out Manjakan Kicaumania

Bisa jadi lomba burung berkicau SMM (Seduluran Murai Mania) yang berlokasi di wisata Pintu Langit Prigen Pasuruan, 6 Desember 2020 kemarin, menjadi yang pertama di dunia perburungan tanah air yang mengkonsep gelaran dengan paket komplitnya mulai dari even yang terkesan eksklusif, mewah, tertib, disiplin hingga memanjakan semua kicaumania yang hadir.

Dan benar saja, gelaran yang digagas Mr Dodiet Kober si empunya gawe untuk merayakan hari ulang tahunnya itu emang untuk meneruskan konsep SMM selama ini yang membatasi jumlah peserta lantaran menganut G25. Sehingga bisa dibilang, pesertanya pun merupakan para kicaumania sejati bertipikal fighter dan burung-burung yang menjadi gacoannya juga adalah burung-burung berlabel bintang.

Bahkan pada gelaran kali ini Mr Dodiet tak hanya menyediakan 6 sesi untuk kelas Murai Batu, tapi juga menyiapkan 6 sesi untuk kelas Hwamei. Dengan biaya untuk pembelian tiket mulai dari Rp 2 juta, Rp 1 juta dan Rp 500 ribu untuk kelas Murai Batu dan Rp 400 ribu, Rp 300 ribu, Rp 200 ribu, Rp 100 ribu dan gratis di sesi BOB untuk kelas Hwamei. “Ya emang kebetulan saya juga pecinta dan anggota komunitas Hwamei Indonesia,  sehingga momen ini saya manfaatkan pula untuk menjalin silaturahmi dengan para pecinta Hwamei, ” ungkap Mr Dodiet yang mendapat surprise dari rekan-rekannya di anggota SMM berupa ucapan ultah dan pelemparan kue ulang tahun ke pria yang selalu tampil Stylish itu.

Kerennya lagi, tropi yang dipersiapkan kepada para juara bukan sembarang tropi. Karena selain full berbahan logam kuningan, desainnya juga sangat mewah dan memiliki ukuran yang lumayan besar. “Meski tak berhasil meraih juara satu dan hanya berada di 8 besar pada kelas utama atau bahkan 5 besar di kelas lainnya, tentu akan sangat membanggakan. Karena selain berada di tengah kepungan burung-burung papan atas, memiliki tropi di 5 besar aja bangganya bukan main karena ukurannya sebanding dengan tropi juara umum di even-even akbar, ” celetuk Dwi Jalu salah satu peserta dari Kediri.

Suasana lapangan juga dibikin senyaman mungkin, dengan tidak adanya teriakan atau pun tepuk tangan pemilik maupun joki saat berlangsungnya penilaian. Sehingga kicaumania bisa merasakan asyiknya berlomba tanpa mendengar suara ricuh pemain dan yang ada hanya mendengarkan suara burung peserta yang saling menunjukkan kualitas kicauannya, bahkan juri yang bertugas juga bisa lebih maksimal dalam menentukan juara.

Ditambah lagi, semua kicaumania yang hadir tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk beli makanan atau minuman, karena panitia sudah menyiapkan semua menu Mie Kober untuk diberikan secara gratis dari awal sebelum dimulainya lomba sampai berakhirnya gelaran. “Wah kayaknya baru kali ini deh kita bisa merasakan berlomba dengan sangat nyaman dan dimanjakan banget ma panitia,” celetuk salah satu pemain dari Surabaya.

Sementara itu, dengan berjubelnya para burung berlabel bintang di tiap kelasnya menjadikan persaingan sengit pun tak bisa terhindarkan. Apalagi para pemiliki maupun para joki telah mempersiapkan jauh-jauh hari para gaco-gaco terbaiknya agar bisa tampil maksimal. Salah satunya Kaji Yasir dari Kolomunyeng Gresik yang memang sengaja mempersiapkan MB Brandal untuk turun di even yang cukup prestisius di kalangan pecinta Muraimania Jatim tersebut.

“Di penampilan perdananya usai ngurak, saya ingin Brandal menunjukkan kualitasnya di tengah himpitan burung-burung papan atas, dan alhmdulillah Brandal mampu mewujudkan hal itu sekaligus mempersembahkan tropi juara, “celetuk Kaji Yasir yang akan mempersiapkan Brandal menuju Piala Bung Tomo 3.

Dan benar saja, keberhasilan MB Brandal bertengger di posisi puncak berkat aksi edan yang dipamerkannya di sesi Murai Batu C. Tak hanya mampu menunjukkan gaya sujud yang cukup ngotot, namun lagu-lagu seperti Kenari, Cililin dan Besetan yang menjadi tonjolannya itu mampu dialunkannya dengan memainkan durasi panjang-panjang.

“Durasi panjang tak hanya keluar saat posisi kepala mendongak ke atas tapi saat sujud atau kepala berada di bawah juga super mewah durasi panjangnya. Dan meski penjurian cukup lama sekitar 15 menitan namun tenaganya seolah-olah tak abis-abis dari awal seusai digantangkan hingga berakhirnya penilaian, ” ucap Kaji Yasir.

Cahyo Matrix dari Arematrix Malang juga tak ingin melewatkan momen untuk bisa memboyong tropi yang cukup mewah itu. Dan benar saja, MB Mascot yang menjadi andalannya kali ini juga tak hanya mampu memukau publik kicaumania tapi juga menarik perhatian para juri yang bertugas. Meski tidak mengandalkan show ngeplay, namun roll tembak yang dimainkannya begitu powerfull dan cukup panjang-panjang. Sehingga keputusan juri untuk memilihnya sebagai juara di sesi Murai Batu E pun dirasa pantas.