News

Dimas Manyoel Bird Farm Harga Telurnya Rp. 1 Juta

Suryono menyandarkan punggungnya di kursi panjang yang ada dibelakang rumahnya. Tubuhnya terasa penat setelah seharian bekerja di sawah. Secangkir es teh buatan istrinya diteguk perlahan untuk meredakan panas yang menyengat.

Sejenak kemudian pria yang akrab disapa Dimas Manyoel ini  mulai memanggil semua burung-burung murai batu kesayangannya. Werkudara, Bimo Suci, Abimanyu dan Sujud, itulah nama-nama yang terucap dari bibirnya. Seolah ada ikatan batin diantara mereka, burung-burung tersebut merespon panggilan tersebut dengan lengkingan suara merdunya. “Mereka itu saya anggap seperti anak-anak saya sendiri,” ujar petani muda ini menceritakan betapa eratnya hubungan diantara mereka.

Sarang dibuat dari tempurung kelapa ternyata disuka

Ke-empat burung tadi adalah murai batu jantan yang ditangkar Manyul. Sudah setahun bapak dua anak ini menekuni profesi menangkar burung murai batu. Mulanya, Manyul adalah pemain burung lomba. Nama-nama tenar seperti MB Samudro, MB Arjuna, MB Broiler mencuat lewat tangan dinginnya. Manyul sangat menikmati perannya tersebut. “Murai batu itu penuh misteri, tapi asyik untuk dinikmati,” ujar lelaki yang mudah bergaul ini.

Seiring dengan waktu, keinginannya untuk menangkar burung-burung yang ia lombakan mulai muncul. Dalam benaknya, tak selamanya dia bakal ikut lomba terus. Keinginan tersebut menguat ketika melihat keberhasilan MB Samudro ditangkar oleh kakaknya yang bernama Ho Ho. Sebagai informasi tambahan, MB Samudro hingga saat ini masih berprestasi meski sudah ditangkarkan.

Manyul pun kemudian menyiapkan kandang tangkaran yang propertinya dibeli dari hasil keringatnya bercocok tanam dan side job-nya  sebagai video shooting. “Waktu itu yang siap tangkar cuma Bimo Suci, cucunya Samudra. Yang lain seperti Werkudara, Abimanyu dan Sujud masih remaja dan sering saya ikutkan lomba,” cerita Manyul. Selang beberapa waktu kemudian ketiganya menyusul Bimo Suci masuk kandang tangkaran.

Manyul tak sembarangan dalam memilihkan jodoh bagi pejantan-pejantan tangguh tersebut. Betina-betina fighter dari beberapa peternak murai batu terkenal dibelinya. Sebagai contoh, jodohnya MB Werkudara berasal dari Hartono Mardani, salah satu peternak ternama di Solo. Yang jelas kualitasnya tak diragukan lagi.

Ada cerita unik saat menjodohkan murai batu-murai batu tersebut. Sebelum pejantan dan betina dicampur menjadi satu, Manyul membacakan doa dulu agar mereka rukun bila menjadi “suami-istri”. Manyul seolah berperan sebagai penghulu bagi “pengantin baru” ini. Pemilik gedung bulutangkis  Virgo Sukoharjo ini memang seorang muslim, setiap tindakannya selalu diawali dengan doa. Dan ternyata doa itu manjur, selama ini tidak ada masalah berarti dalam perjodohan tersebut. “Tak ada kata-kata betina dibantai atau telurnya dibuang. Semua berjalan aman-aman saja,” tambah Manyul sembari tersenyum.

Baca Juga :  Latpres Unesa 07/1 : Minggu Besok Ada Kelas Baru, Jambul dan Jablay Tampil Menggila

Tak hanya saat menjodohkan, ketika mengambil anak-anak dari burung-burung tangkaran ini Manyul juga melakukan ritual khusus. Pendek kata nembung atau minta ijin dulu sebelum mengambilnya, hal yang mungkin tidak pernah dilakukan oleh peternak manapun.

“Burung-burung tersebut memiliki kecerdasan. Sebagai contoh, mereka mampu menirukan suara lovebird, cucak jenggot, cililin dan sebagainya. Saya pun kemudian mengambil kesimpulan bahwa mereka pun mengerti omongan yang saya lontarkan cuma tidak bisa ngomong seperti manusia. Oleh sebab itu, mereka saya anggap tahu apa yang saya omongkan,” jelas Manyul mengenai diskusi yang kerap dia lakukan bersama burung-burungnya tersebut.

Kini indukan milik Manyul tersebut semuanya produktif. Tiap bulan penghobi sepeda gowes ini panen 10 ekor bayi murai batu berumur 7 hari atau biasa disebut abangan. Harga abangan untuk tiap indukan berbeda-beda, berkisar 1 juta perak per ekor-nya. Bila umurnya sedikit lebih dewasa dan bisa makan sendiri harganya melonjak menjadi 2,5 juta rupiah. Sedangkan burung siapan banderolnya 6 juta rupiah. Sebulan Manyul mengantongi sedikitnya 9 juta rupiah lebih dari hasil menjual abangan setelah dikurangi biaya operasional seperti membeli jangkrik, kroto dan cacing. “Bukannya mau takabur,  tapi sejak masih dalam bentuk telur, burung-burung itu memang sudah diinden orang,” ucap Manyul yang ditemui kontesburung.com di rumahnya yang berada di kawasan Jalakan, Begajah, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sekitar kandang diberi air mengalir membuat burung terasa nyaman

Menurut Manyul, alasan utama konsumen membeli produk tangkarannya adalah trah atau keturunan dari MB Samudro. Cucu MB Samudro sama persis seperti kakeknya, baik dari gaya maupun volume suara. “Daya jualnya memang MB Samudro. Menjadi  juara atau tidak nantinya itu urusan belakangan,  yang penting trah-nya dulu,” papar Manyul.

Konsumen abangan tersebut berasal dari berbagai kota seperti Jakarta, Boyolali, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo. Kadang tiap bulan Manyul masih aktif berhubungan lewat WA guna menanyakan perkembangan hasil tangkarannya tersebut.  Lantaran laris, Manyul praktis tak memiliki stok anakan pejantan, tinggal beberapa betina yang dia besarkan untuk cadangan bila betina yang produktif ganti bulu. Yang bodol diambil lalu  dijodohkan lagi dengan yang baru. Bila mabungnya sudah tuntas dibalikin ke tempat semula.

Dari investasi murai batu itu Manyul bisa membeli sebidang tanah dan membangun pagar rumahnya. Tak heran  bila banyak pihak yang tertarik dengan gurihnya keuntungan menangkar murai batu ini, terutama pemula. Manyul tak menampik hal itu. Ceruk pasar murai batu masih sangat lebar. Dimasa pandemi saja, lomba atau latber pesertanya selalu penuh, apalagi bila wabah corona ini segera berakhir, bisa dibayangkan antusiasmenya. Selain itu harga murai batu cenderung stabil dari masa ke masa sehingga investasi yang ditanam bakal aman. Faktor lain, penghobi rumahan yang hanya sekedar ingin menikmati merdu suaranya jumlahnya juga sangat banyak.

Baca Juga :  Jelang “Andromeda Cup” Gebrakan PBI Rembang, Tiket Murah Hadiah Mewah

Namun untuk pemula, Manyul menyarankan agar membeli indukan siapan yang belum berprestasi dulu atau biasa disebut burung sayur. Burung murai seperti ini harganya belum terlalu mahal. Harga indukan siapan ini berkisar antara 4-5 juta rupiah. “Agar modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar,”ujarnya.

Manyul tak menyanggah bila pemula yang berasal dari orang kaya juga banyak jumlahnya. Mereka mampu membeli burung mahal tapi belum memahami karakter murai batu. Ada baiknya membeli yang murah-murah dulu untuk belajar mengenali katakter murai batu. Bila sudah bisa berkembang biak silahkan ambil jenjang yang lebih tinggi.

Salah satu kunci keberhasilan menangkar murai batu adalah disain kandang. Agar murai batu tak gampang stres, didepan kandang penangkaran tersebut Manyul membangun kolam berukuran 40 cm x 1,5 meter dengan tinggi sekitar 30 cm yang isinya beberapa ekor ikan koi. Suara gemericik air yang menetes ke dalam kolam membuat suasana belakang rumah Manyul terasa begitu teduh, membuat burung tenang seperti di alamnya.

Properti lain adalah glodok yang berasal dari buah kelapa yang sudah kering. Untuk wadah telur, buah kelapa ini dilobangi hingga seperempat bagiannya. Kata Manyul, glodok dari buah kelapa ini kapasitasnya lebih lebar sehingga kecil kemungkinan bayi murai batu terinjak oleh induknya. Kelebihan lain, sabut kelapa yang sudah kering membuat suhu udara lebih adem, cocok bagi bayi-bayi murai batu.

Manyul memang mendisain kandang penangkaran itu sesejuk mungkin. Seperti misalnya untuk wadah minum  dia menggunakan gerabah tanah liat sehingga air tetap dingin dalam jangka waktu lama. “Seperti kita minum dari air kendi,” ungkapnya.

Agenda kedepan Manyul ingin menjajal menangkar jenis warna seperti albino atau blorok. Harga yang fantastis menjadi salah satu pertimbangannya. “Punya teman baru netes sepasang dihargai Rp. 32 juta rupiah, sangat fantastis,” tutup Manyul yang tengah berburu trah warna. Tertarik?Anda bisa menghubungi Manyul di 081-728-592-56.yon

 

Related Articles

Back to top button