Semarang Borneo, Juara Itu Bonus
KONTESBURURNG.com – Popularitas murai batu borneo makin meningkat saja. Sebelum terjadinya wabah corona, lebih dari 90 persen gantangan terisi dalam setiap even yang digelar di kawasan Joglo Semar, jumlah yang sangat menjanjikan. Mereka datang dari berbagai kota di kawasan ini.
Hal tersebut tak lepas dari maraknya komunitas-komunitas murai batu borneo yang muncul di setiap kota. Salah satu komunitas tersebut adalah Sembor, kependekan dari Semarang Borneo.
“Wajar kalau sekarang ini borneo makin diminati. Burung ini memiliki tipikal tangguh dan variasi lagunya banyak. Selain itu, borneo juga dikenal memiliki mental baja,” ujar Muhammad Aziz, ketua Sembor.
Pria yang akrab dipanggil Gepeng ini mengatakan bahwa Semarang Borneo dibentuk tahun 2017. Saat itu anggota-anggota Sembor ini hanya beberapa gelintir saja. Mereka sering diundang EO setempat guna ikut berpartisipasi untuk meramaikan latber-latber di kota Semarang seperti di Gantangan Ketileng, Gantangan Yudistira atau Gantangan Rusunnawa. Lantaran sering bertemu tersebut mereka kemudian membentuk suatu komunitas yang kemudian diberi nama Semarang Borneo atau Sembor. Gepeng adalah ketua generasi ke -3.
Misinya, Gepeng dan kawan-kawan berupaya membawa murai batu borneo ke jenjang tertinggi di jagat kicauan, terutama di even-even besar. “Kami ingin suatu saat nanti borneo tidak lagi dipandang sebelah mata ,” kata pria yang mengaku berprofesi sebagai buruh ini optimis.
Di kancah lomba burung, keberadaan Sembor terbilang aktif. Berbagai lomba luar kota seperti di Solo, Jogja, Salatiga kerap mereka sambangi. Memakai jersey dengan warna menyolok, mereka mudah kita dapati di lomba yang mempertandingkan kelas khusus murai borneo.
“Motivasi utama yakni menjalin silaturahmi dengan sesama borneo lovers di luar kota. Apabila jadi juara itu bonus,” ungkap bapak dua anak ini.
Gepeng menambahkan bila mereka cukup memiliki banyak amunisi yang sudah berprestasi. Sebagai contoh murai bernama Gareng, Bawor, Saklar, Banaspati dan Ramaya. Pria berusia 34 tahun ini juga memiliki jagoan yang tak kalah mumpuni yang bernama Semar. Semar kerap menjadi kampiun di latber-latber yang di gelar di kota Seribu Gantangan ini. “Dulu banyak yang sudah prestasi. Tapi ada yang mati dan dicuri orang. Sekarang tinggal Semar ini saja yang menjadi andalan saya,” tambah warga Pedurungan Semarang yang saat ini masih mengkoleksi 6 murai batu borneo.
Sayangnya, komunitas ini belum memiliki penangkaran. Mereka biasanya membeli bahan dan kemudian merawatnya hingga berprestasi, bukan dari hasil sendiri. “Kedepan kita sudah menyiapkan beberapa burung untuk coba kita tangkarkan,” kata pria berusia 34 tahun ini mengenai komitmennya perihal konservasi.
Lantas apa kegiatan mereka di tengah pandemi seperti sekarang ini, disaat semua gantangan masih tutup?Ternyata mereka masih bisa menyalurkan hobi dengan jalan ngecas bareng. Hal itu bisa mereka lakukan hampir setiap hari sambil ngopi bareng. “Seorang anggota kami menyediakan halaman rumahnya untuk ngecas bareng atau buang birahi. Ini berguna untuk tetap menjaga sifat tempur murai batu,” ujar Gepeng.
Selain kegiatan tersebut, mereka juga ikut aktif dalam kegiatan sosial bagi-bagi sembako yang dilakukan kicau mania seantero kota Semarang baru-baru ini. Segala aktifitas tersebut mereka unggah dalam akun facebook mereka yang bernama SEMBOR new. Nah silakan membuka.