Pasar Depok Solo Ditengah Corona – Penjualan Tinggal 20 Persen, Harga Burung Ikut Turun
Pasar Depok Solo yang selama ini dikenal menjadi sentra penjualan aneka sangkar, aneka jenis burung, aneka pakan burung dan obat -obatan, hingga menjadi tempat kulakan daripara pedagang dari luar kota, hampir sebulan ini kondisinya cukup memprihatinkan. Sebelum muncul wabah Virus Corona, pasar burung Depok termasuk pasar burung terbesar di Jawa tengah, karena pengunjung dihari biasa cukup ramai, dihari sabtu dan Minggu suasana pasar bisa berjubel.
Kini kondisi telah berubah, karena muncul virus corona yang melarang orang datang ditempat keramaian, salah satunya lomba burung tidak boleh digelar, memberikan dampak yang luar biasa pada pedagang di pasar Depok Solo. Kalau dihitung penurunan omset penjualan dari para pedagang burung, sangkar, pakan dan lainnya, antara sebelum dan sesudah ada virus corona, penurunan omset penjualan para pedagang saat ini bisa tinggal hanya 20 persen saja.
Hal itu diakui oleh Warjo salah satu tokoh paguyuban pedagang pasar Burung Depok Solo. Menurutnya sejak muncul wabah virus Corona pengunjung berangsur angsur menurun, saat ada himbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah dan jaga jarak beberapa waktu lalu, kondisi makin memprihatinkan lagi. Pasar yang biasanya berseliweran para pengunjung, saat ini terasa sepi karena minim pengunjung.
Hampir tiga minggu ini pedagang disini bisa diibaratkan puasa, karena penjualan merosot tajam. Bahkan dibeberapa penjual burung malah menurunkan harga daganganya agar cepat laku dan uangnya bisa untuk mutar ke yang lain. “Gambaran saya, sejak ada wabah virus Corona ini pengunjung pasar Depok sangat berkurang banyak bahkan dihari hari biasa sepi tanpa ada lalu lalang pengunjung. Karena jarang pengunjung itulah berdampak pada omset penjualan para pedagang merosot tajam,” terang Warjo.
Ditengah kondisi pasar Depok yang sepi ini, menurut Warjo masih ada hiburan bagi ratusan pedagang yang ada disini, hiburanya adalah kehadiran pengunjung tiap hari Sabtu dan Minggu. “Kalau hari hari biasa sepi pengunjung, maka hari week end Sabtu dan Minggu banyak pengunjung, meski tidak sebanyak saat tidak ada wabah virus Corona. Kehadiran pengunjung bisa menjadi hiburan sekaligus harapan para pedagang,” terang Warjo.
Sebagai pedagang yang sudah lebih 30 tahun ada dipasar Depok, Warjo menjelaskan baru adanya kasus wabah virus Corona inilah yang dampaknya sangat dirasakan oleh pedagang, kalau waktu resesi tahun 1998 Solo yang waktu itu banyak demo dan bakar bakar, kondisi pasar burung terganggu hanya sebentar karena waktu itu masyarakat tidak berani keluar.
Tapi adanya wabah Virus Corona yang penangananya lebih lama, dampaknya pada perdagangan di pasar juga bisa berakibat lama pula pulihnya, karena masyarakat belum berani datang kepasar, Sabtu dan Minggu mulai banyak orang jalan jalan dipasar itupun itupun hanya jalan jalan saja. “Mereka banyak jalan jalan, jarang yang beli burung. Mungkin karena belum boleh ada lomba membuat orang ogah belanja burung burung bagus,”jelas Warjo.
Dampak wabah virus ini ternyata ikut menurunkan harga jual burung dipedagang di Pasar Depok seperti Jalak Suren ad yang jual Rp 350 ribu, Murai bahan Trotolan Rp 1,5 juta, Murai Import Rp 1,3 juta, Love Bird sayur antara Rp 30 ribu – Rp 40 ribu/ekor. Anis kembang Trotol antara Rp 500 ribu sampai Rp 750 ribu. Harga Anis Merah bakalan antara Rp 750 ribu – Rp 1 juta. Burung jenis lain juga ikut turun, bagi anda yang ingin belanja burung apa saja tampaknya saat inilah waktu yang pas untuk belanjan, karena harga lagi turun.