News

Agus Mokle Solo, Bukan Ambisi Tapi Hobi

Lomba burung adalah sebuah kompetisi, wajar bila semua orang ingin memenanginya. Itu karena menjadi juara adalah sebuah kebanggaan disamping hadiah yang menggiurkan tentunya. Tak heran bila berbagai cara dilakukan agar menang.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Agus Mokle, penghobi burung berkicau asal Solo, Jawa Tengah. Bagi dia lomba burung itu hanya sekedar hobi bukan ambisi untuk menang. “Kalau menang ya disyukuri tapi kalau kalah ya gak papa. Saya tidak ngoyo,” ujarnya enteng.

Pria berusia 51 tahun ini mengatakan bahwa keberadaannya di lomba burung lebih ditujukan untuk melepas penat setelah sibuk bekerja. Praktis cuma hari minggu saja ada waktu luang.  Sehari-hari Agus memang sibuk mengurusi 2 buah usahanya yang diberi nama Wedangan Pak Ndut yang berlokasi dibelakang Solo Square dan Ruko Bayangkara Blok XX. “Saya ini cuma tukang asah-asah atau cuci gelas saja,” katanya.

Karena motivasinya hobi, Agus mengaku lebih banyak rugi ketimbang untung dalam menekuninya. Meski demikian ia enggan untuk  melepasnya. “Namanya juga senang, wajar bila keluar duit,” ujar Agus yang memulai karir single fighternya pada tahun 2017.

Bila sekedar hobi, tentu tak pernah komplain dong bila penlaian juri terkadang terlewat? Kalau saya tidak pernah  komplain, cuma lihat saja. Yang vokal itu biasanya perawat-perawatnya, ujar Agus sembari tersenyum.

Salah satu andalan warga Griyan, Kerten, Solo ini adalah murai batu Jaka Tarub diantara sekian banyak burung peliharaanya yang berjumlah 45 ekor. “Kalau juara sih sering apalagi ditingkat latpres. Kalau even besar masih bisa bertengger di tempat kedua atau ketiga. Saya memang sengaja tidak pernah ekpos ke media atau viralkan ke medsos. Yang jelas kalau burung berpenampilan baik saja saya sudah senang,” ungkap Agus.

Baca Juga :  Latber Special Kram Otak, MB Samudro Tampil Ciamik

Penampilan Jaka Tarub ini kata Agus tergolong stabil atau jarang jeblok. Murai yang dulu dibeli dari Teguh Kartosuro seharga 4,7 juta ini fasih mendendangkan lagu-lagunya berupa suara kenari dan cililin dengan durasi panjang. Keistimewaan tersebut juga ditunjang dengan power yang memadai dan gaya sujudnya yang memikat.

Bukan Ambisi Tapi Hobi

Tak heran bila banyak kicau mania yang kesengsem dan ingin membelinya. “Dulu waktu di latpres Talijiwo Kartasuro ada yang nawar 50 juta. Kemudian waktu lomba JogloSemar, ada orang Jepara  yang menyodori saya duit 80 juta, karena waktu itu Jaka Tarub juara 3. Terakhir ada yang yang pengen mentake over senilai 100 juta tapi belum saya lepas, buat hiburan dulu. Uang memang penting tapi bukan segalanya,” terangnya.

Perawatan Jaka Tarub terbilang gampang. Untuk harian dia harus mengkonsumsi jangkrik sebanyak 8 ekor, pagi 3 sore 5. Asupan makanan lain yakni kroto secukupnya. Hanya saja bila akan lomba porsi jangkrik sedikit ditambah agar penampilannya semakin memikat. “Setiap hari Jaka Tarub divoiler di lantai dua rumah saya bersama master-masternya. Nah, pada hari Jum’at baru pindah ke sangkar biasa,” tambah Agus.

Selain Jaka Tarub, di kelas murai batu, Agus juga punya Granat Jr sebagai pelapis. Sedangkan di kelas cucak hijau, Bapak satu anak ini memiliki banyak andalan seperti Soulmed, Sentyaki, Keder, dan Gladiator.

Hanya saja untuk sementra Agus Mokle tidak bisa menikmati keseruan dan hinggar-bingar lomba burung. Wabah Corona yang sedang menerpa memaksa Agus dan penghobi-penghobi lain menepi sejenak. Nggak gatal?Agus mengaku tidak biasa apa-apa. “Sebenarnya pengen sih tapi mau gimana lagi,” katanya dengan nada rendah.

Nah, nanti bila Covid 19 sudah lewat,  penghobi-penghobi seperti Agus ini harusnya bertambah lagi, supaya lomba burung tetap menarik dan bersahaja.

Baca Juga :  Murai Batu ditemui di Banyak Negara dan Banyak Sub Speciesnya

Related Articles

Back to top button