Harjono Utojo Pasuruan: Kini, Mencetak Perkutut Unggul Menjadi Lebih Praktis

Di tangan Harjono Utojo, beternak perkutut menjadi lebih mudah dan praktis. Meski demikian, anakan yang dihasilkan memiliki kualitas unggul dengan bukti banyak yang jadi juara.
Beternak perkutut pada prinsipnya tidak serumit beternak burung ocean macam kacer, murai batu, kenari atau pun love bird. Setidaknya hal ini dibenarkan Harjono Utojo, selaku peternak perkutut “kawakan” asal Pasuruan Jawa Timur. Menurutnya, beternak perkutut tidak membutuhakan berbagai macam tahapan baku, trik, pakan khusus dan lainnya.

“Yang penting, kita mengetahui betul karakter perkutut yang diternakkan termasuk kesukaan-kesuakaannya, maka kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan karakter itu terutama selama proses penjodohan,” kata Harjono Utojo kepada Kontes Burung di, farmnya Jl Sultan Agung No 38 Kota Pasuruan beberapa waktu lalu. Hanya dengan begitu, kata ia, sepasang perkutut akan mudah berjodoh untuk kemudian melahirkan generasi-generasinya.

“Jadi nggak sulitlah. Saya bergelut dengan peternakan perkutut ini sejak tahun 1998 hingga sekarang. Kuncinya ya itu tadi, mengetahui karakter sepasang perkutut yang dijodohkan,” tandas pria yang akrab disapa H. Ony itu.
Bagaimana sih prisinsip beternak perkutut yang dilakukan H. Ony? Selidik punya selidik, calon indukan yang akan dijodohkan ternyata tidak harus berumur matang alias sudah birahi. “Idealnya, saya menggunakan calon indukan jantan maupun betina yang sudah berumur 2-3 bulan. Jadi tidak harus berumur lebih dari 6-7 bulan atau bahkan lebih dari 1 tahun,” papar H. Ony sembari berkelekar.

Meski calon indukan berumur belia, tapi membuat sepasang perkutut itu berjodoh lebih awal. Hal ini dikarenakan keduanya saling mengenal agak lebih lama sehingga ketika birahi, langsung keduanya cocok seraya melakukan perkawinan,” terangnya beranalisis.
Ketika dijodohkan di dalam kandang, H. Ony juga serta merta memberikan pakan seperti pada umumnya pada perkutut. “Pakan yang saya berikikan merupakan pakan umum perkutut yang tentu di dalamnya mengandung gizi dan zat mineral yang tinggi,” paparnya.
Pakan yang dimaksudkan berupa oplosan antara millet merah, canary seed, jewawut dan gabah padi. Awalnya seluruh bahan pakan ini disiapkan dalam porsi yang sama (perbandingan 1:1:1:1). Kemudian dicampur jadi satu dalam satu wadah hingga benar-benar homogen. Seteah itu, pakan diberikan pada unit-unit kandang yang di dalamnya terdapat sepasang perkutut yang dijodohkan. Tidak lupa, di setiap kandang juga disajikan air minum bersih di wadah terpisah.

Pemberian pakan semacam ini dilakukan hampir setiap hari. Bahkan ketika pakan di wadah sudah habis, maka H. Ony memberikannya lagi. Demikian pula air minum yang selalu diganti setiap pagi dan sore.
Sebagai pakan tambahan, di dalam kandang juga diberikan tulang ikan sotong sebagai asinan. Menurutnya, tulang ikan sotong mengandung banyak zat calsium yang sangat berfungsi untuk meningkatkan kualitas cangkang telur.
Hanya dengan pakan begitu saja, sepasang perkutut akan cepat melakukan perkawinan ketika birahnya datang. “Jadi tidak sampai terjadi pertengkaran hebat antara jantan dan betina yang dijodohkan karena sudah mengenal lebih awal,” papar H. Ony.
SAAT TELUR MENETAS PEJANTAN TANPA DIISOLASI
Ketika perkutut betina bertelur, induk jantan dibiarkan di dalam kandang breeding. Demikian pula ketika anakan sudah menetas, induk jantan tetap dipertahankan di dalamnya. Pejantan malah turut berperan dalam membesarkan anak-anaknya karena juga berupaya melolohkan pakan pada si anaknya atau dalam artian ia bergantian dengan induk betina untuk melolohkan pakan pada anaknya.

Jikalau piyik perkutut sudah umur 1,5 bulan di dalam kandang breeding, baru ada langkah pemindahan. “Saat itu kami memindahkan piyik-piyik itu di tempat isolasi atau kandang khusus anakan ya. Dalam satu unit kandang yang berukuran 1 x 1 x 1.5 m, bisa diisi 10 – 15 anakan perkutut,” jelas H.Ony sembari menunjuk kandang anakan yang dimaksudkan.

Sampai kapan anakan berada di kandang isolasi itu? Selidik punya selidik, tergantung kondisi. “Kalau dipinang orang, ya kita lepas pada orang tersebut. Kalau akan diternakkan lagi, maka umur 2-3 bulan siap-siap dimasukkan ke dalam kandang breeding,” terang H. Ony. Tapi dalam kenyataannya, seluruh anakan yang berada di kandang isolasi, “ludes” terjual alias dipinang para penghobi dari berbagai kota di Indonesia.



