Paulus Niki Suyanto, Sukses Membawa Pengwil P3SI DIY Lebih Maju, Berkembang dan Mandiri
Delapan tahun sudah Paulus Niki Suyanto memegang kendali P3SI Pengwil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Artinya sudah dua periode tongkat kepemimpinan organisasi komunitas perkutut tanah air berada digenggamannya. Banyak catatan bagus yang berhasil dibukukan.
Salah satunya adalah perkembangan hobi perkutut DIY saat ini terasa begitu luar biasa. Bukti nyata bisa dilihat dari setiap kali gelaran konkurs perkutut yang tergelar di kota Gudeg Yogyakarta, baik gelaran lokal, regional, besar ataupun nasional, selalu disesaki oleh kung mania.
Menurut Paulus Niki Suyanto, untuk gelaran konkurs tingkat nasional, semisal Piala Raja Hamengkubuwono Cup Yogyakarta, panitia sukses menghadirkan peserta sebanyak 21 blok, tiang kerekan termasuk gantangan untuk hanging, dengan rincian untuk gelaran Sabtu, peserta bisa mencapai 12 blok, kerekan dan gantangan.
Sedangkan untuk hari Minggu sebanyak 9 blok kerekan. Kenyataan ini berbeda dengan kondisi dulu. “Kalau dulu peserta paling mentok antara 6 sampai 8 blok saja, saat ini perkembangannya sudah luar biasa pesat. Peserta melebihi jumlah penyelenggaraan lomba tahun-tahun sebelumnya,” papar Suyanto.
Prestasi lain yang diraih adalah saat ini Pengwil P3SI DIY memiliki sekitar 200 kerekan, belum termasuk kas yang juga sudah mencapai nilai lumayan banyak, serta mampu menggerakkan pengda di DIY untuk bisa mandiri. “Selain Pengwil DIY, pengda yang ada di wilayah DIY saat ini juga sudah memiliki kas sendiri, sehingga mereka bisa mandiri untuk menyelenggarakan kegiatan organisasi,” kata Suyanto lagi.
Kondisi ini memang tidak datang dengan sendirinya. Paulus Niki Suyanto mengaku bahwa semua itu membutuhkan proses. “Perkembangan hobi perkutut di Yogyakarta bukan terjadi begitu saja. Selama ini pengurus banyak berkorban untuk memperbaiki segala sesuatu yang kami anggap kurang bagus untuk mendukung kemajuan hobi perkutut,” terang pria yang akrab dipanggi Suyanto.
Nombok setiap kali ada penyelenggaraan lomba selalu dilakukan Suyanto beserta bendahara, menggunakan uang pribadi. Bahkan selama satu tahun penuh sekitar tahun 2013 atau 2014, Pengwil selalu memberikan subsidi kepada tiap-tiap Pengda yang akan menggelar kegiatan lomba sebesar Rp 1 juta.
Jika biasanya Pengwil mengharapkan masukan kas dari Pengda, maka pengurus Pengwil DIY menerapkan aturan berbeda. Pengwil memberikan subsidi untuk Pengda agar mereka bisa merealisasikan kegiatan seperti lomba. Adapun pengda DIY yang mendapatkan subsidi adalah Pengda Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul, Sleman dan Yogyakarta Kota.
Setelah tiap-tiap Pengda sudah bisa mandiri, subsidi tersebut dihilangkan, namun Pengwil tetap memberikan bantuan sebesar Rp 750 ribu berupa beberapa sangkar yang dijadikan doorprize untuk setiap penyelenggaraan lomba di tiap-tiap Pengda. Harapannya dengan doorprize sangkar, maka mereka yang mendapatkan bisa memiliki sangkar.
Sehingga tinggal membeli burung perkutut untuk menjadi penghuni sangkar tersebut. Selain itu pengurus juga menerapkan aturan jujur dan tegas, baik kepada pengurus itu sendiri ataupun juri. Segala sesuatu yang berhubungan dengan laporan keuangan selalu dilakukan seara transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi.
Sikap tegas kepada juri dilakukan dengan cara secara tegas dan to the point pengurus memberikan teguran keras ketika ada juri yang melakukan tindakan diluar aturan yang ada. “Kami tidak segan-segan menskors juri jika terbukti bersalah dan masih tetap melanggar peringatan yang sudah kami berikan sebelumnya,” lanjut Suyanto.