Setelah Monster, Atlas Bird Farm Semarang Cetak Debar-Debar, Soal Kualitas Lebih Heboh

Belum hilang kabar kehebohan munculnya Monster, perkutut yang sempat menjadi buah bibir dikalangan kung mania tanah air, kini hadir Debar-Debar yang masih memiliki satu ikatan darah. Monster, perkutut orbitan H.Iwan Jombang, (kini sudah di take over Budi SP Semarang), sempat menggebrak dalam konkurs tanah air.

Dalam tarung perdana level atas Liga Perkutut Indonesia, Pahlawan Cup Surabaya, Minggu 11 November 2018, perkutut produk Atlas Bird Farm Semarang ini langsung melejit bak meteor. Juara pertama berhasil diraih dengan sangat mudah. Padahal kala itu ada sedereta jago-jago handal yang bertaruh memperebutkan posisi terdepan.
Meski minim pengalaman tanding di atas kerekan, tak menjadikan perkutut yang lahir dari kandang Atlas Bird Farm K.333 (Altas K.Buldoser x Fox K.Viva), menjadi ciut, sebaliknya Monster tanpa ampun meredam seluruh peserta yang ambil bagian di kelas Dewasa Senior. Yang tak kalah hebohnya, hanya berselang satu hari dari kemenangan tersebut, Monster langsung berpindah tangan dari H.Iwan ke Budi SP Semarang dengan nilai transaksi Rp 225 juta.
Pasca meroketnya prestasi Monster, Atlas Bird Farm semakin menjadi jujukan kung mania. Diakui oleh Henry pemilik Atlas, bahwa Monster adalah anakan ke dua dari indukan K.333. Anakan ketiga sudah meluncur ke H.Said Gresik dan anakan ke 4 dimiliki kung mania Sampang Madura.

Memiliki Monster ternyata tidak menjadikan H.Iwan berhenti berburu perkutut handal. Tetasan kelima dari indukan yang sama, atau adik Monster ternyata berada di tangan H.Iwan Jombang. “Memang benar saya dapat anakan kedua dan kelima dari kandang Atlas K.333. sejak awal saya sudah feeling bahwa kedua anakan yang saya boyong ke Jombang bakal menjadi sesuatu yang luar biasa,” papar H.Iwan.
Ternyata, prediksinya benar adanya. Kualitas anakan kelima ini dinilai lebih bagus dari Monster. “Sebenarnya secara kualitas, anakan Atlas K.333 merata,” terang Henry. Kualitas lebih bagus yang diperlihatkan Debar-Debar, anakan kelima yang kini berada di tangan H.Iwan, terbukti dalam beberapa lomba yang diikuti. Tarung untuk pertama kalinya di level LPI adalah Pahlawan Cup Surabaya di Kelas Piyik Yunior.
Meski tanpa persiapan matang dan minim pengalaman bertarung, di atas kerekan, Debar-Debar langsung meraih juara ketiga. Nilai bendera 3 warna hitam yang telah mengantarkannya menjadi pemenang ketiga kelas Piyik Yunior. Padahal lawan yang dihadapi sudah memiliki jam terbang tinggi dan kualitas yang tidak bisa dianggap remeh.

Seminggu kemudian, tarung paling anyar adalah Liga Perkutut Jawa Tengah Walikota Semarang Cup, Minggu 18 November 2018. Hasilnya semakin membuktikan kehebatan Debar-Debar. Tampil tanpa perlawanan di kelas Piyik Yunior, juara pertama dengan mudah diraih. Beberapa kung mania yang pernah menyaksikan langsung performa Debar-Debar ketika tampil di atas kerekan menyebutkan bahwa ada perbedaan yang siginifikan antara Monster dan Debar-Debar.
Mat Rouf dan H.Ribut yang kini dipercaya mengasah kemampuan Debar-Debar mengakui bahwa perkutut bergelang Atlas 1306 ini memiliki irama lebih bagus, tengah lebih senggang, volume lebih besar dikit dan ujung lebih mewah. Dengan usia yang masih berada pada angka 6 bulan, Debar-Debar diprediksi dan diyakini mampu menjadi bintang lapangan.
Kemunculan Monster dan Debar-Debar seakan membuka mata kung mania bahwa kandang ternak Atlas memiliki produk bagus yang bisa dijadikan amunisi ampuh menggapai impian mengorbitkan perkutut handal. Saat ini dari indukan yang sama, sudah menghasilkan delapan tetasan. Usianya memang masih piyik.

“Ada beberapa peternak seperti FOX Bird Farm, Cristal Bird Fram, Palem Bird Farm yang membooking kandang Atlas. Mudah-mudahan proses produksi lancar dan hasilnya bagus,” lanjut Henry. Masih menurut Henry, ada beberapa kandang lain yang berpotensi memunculkan produk yang tidak kalah bagusnya yakni Atlas K.Benley (MMC x Atlas Super Lindu), Atlas K.888 (TOP K.888 x Atlas K.Aston Martin, Atlas K,999 (KPP 19 x Atlas K.777).



