Pemilik Sapta Pesona BF Suparlan Klungkung, Kejujuran akan Muluskan Jalan Pencapaian

Banyak cara dan gaya dilakukan seorang penghobi perkutut untuk memuaskan nurani. Ada yang mengagung-agungkan kandang melengis (istilah kekinian) agar sedap dipandang, ada yang mengunggulkan materi, ada yang mengkombinasikan antara kandang dan materi, namun ada juga yang suka berbohong untuk mendongkrak pamor kandangnya. Sepanjang tidak merugikan orang lain dan bisa membahagiakan diri sendiri maka cara dan gaya yang dilakukan sah-sah saja.
Begitu juga seorang Suparlan, pemilik Sapta Pesona BF berasal dari bumi serombotan Klungkung Bali. Sejak beternak burung hingga hari ini, model kandang yang digunakan bisa dibilang sangat sederhana. Bahkan terkesan asal-asalan dan maaf ‘’kumuh’’. Tetapi itu sudut pandang bagi orang lain yang melihat langsung dari dekat kandang Sapta Pesona BF. Lalu, apanya yang mempesona, sehingga ring Sapta Pesona begitu dikenal dan harum di konkurs perkutut lokal maupun nasional.

Ada tujuh pesona yang dipancarkan dari putra-putri Suparlan yang penuh bakti kepada ayah dan bundanya. Aura kejujuran yang selalu dibangun oleh keluarga Sapta Pesona ini telah memuluskan jalan pencapaian meretaskan anakan-anakan perkutut bermutu meski netas dari kandang sangat amat sederhana. ‘’Kalau bermain perkutut suka berbohong maka jangan berharap hasilnya bakal maksimal, jangan-jangan bisa jatuh,’’ terang Suparlan, yang mengaku sering digosipin mengaku-ngaku tetasan sendiri kalau juara di lapangan.

Jika sedikit menoleh ke belakang, maka ada nama Putra Klungkung yang sempat merajai LPB tiga tahun berturut-turut, begitu juga Joko Kendil dan Putra Semarapura yang bergelang Sapta Pesona. Tidak terhitung sudah gaco dari kandang ‘’kumuh’’ ini menelorkan anakan berprestasi dengan harga puluhan bahkan ratusan juta seekor. Aku Rindu, adalah tetasan teranyar yang ikut kontestasi di LPB 2017 dan 2018 berdarah OMS.

Merasa Aku Rindu tidak akan sanggup mengimbangi gaco papan atas nasional di laga LPI Bali Agustus lalu karena ngurak, Suparlan lebih memilih mencari gaco baru bergelang Patimura dan Inul. Hasilnya Putra Klungkung (Patimura) masuk di posisi pertama piyik junior dan Mama (Inul) juara 12 dewasa senior. Namun Suparlan juga mengerek tetasan sendiri bernama Putra Bali yang berada di posisi lima piyik junior. Sekali membidik langsung wakili Bali sebagai tuan rumah, walaupun hanya di piyik junior.
Prestasi yang diraih sejak suka lomba perkutut dan terjun ke dunia ternak, gara-gara ada liga winners hasil tetasan Bali paruh 2000-an, bukannya tanpa usaha. Suparlan termasuk salah satu kung mania Bali yang berani membeli perkutut dengan harga yang tinggi baik untuk lomba maupun bahan ternak. Untuk mendapatkan materi yang diinginkan, Suparlan telah lama membangun jaringan ke peternak. Tidak saja peternak nasional juga Thailand.

OMS yang sempat dibeli dan berprestasi di lapangan kemudian dimasukkan ke kandang dimiks dengan trah TP666. Hasilnya muncul Aku Rindu dan beberapa saudaranya yang banyak dimasukkan ke kandang karena kental bervolume besar (55), depan ngayun (klau), tengah double dan ujung delosor berirama. Untuk lebih mengerucutkan trah OMS maka bapaknya OMS n2 (OMS n22 dengan OMS n1) dipinang lagi dan kini dijodohkan dengan saudara Aku Rindu alias cucunya.

Selain mengembangkan darah OMS, Sapta Pesona juga tidak pernah berhenti menyuntikkan darah segar kekinian agar tidak ketinggalan kereta. Seperti belum lama ini sudah masuk Golden ZNB Farm K 44 (Cendana 19 dengan ZNB 45), ZNB k8 (MTS 6 dengan ZNB 12) dan dalam bulan ini akan mendatangkan lagi 2 pasang ZNB, serta BY BF WPC (LKMD 05 dengan WPC 02). ‘’Kami hanya berusaha mencari materi yang berkulitas kemudian menjodohkan. Soal bagaimana hasilnya, saya serahkan kepada Tuhan,’’ ujar Suparlan yang wanti-wanti menekankan kebohongan akan membawa malapetaka. *kb3



