Kenari Armada GNR SF Mojokerto, Tiga Hari Berturut-Turut Naik Gantangan Tak Kenal Lelah
Kenari Armada milik Bungsu dari GNR SF boleh dibilang sangat istimewa. Tiga hari berturut-turut diajak tanding, keadaannya masih fit. Bahkan turun di gantangan malam hari pun tidak jadi soal. Pemiliknya mengaku tak punya resep khusus sehingga Armada bisa sehebat itu, kecuali latihan rutin di tenggaran.
Kicaumania pecinta Kenari di beberapa gantangan di Mojokerto boleh dibilang mulai menggeliat setelah sebelumnya sempat sepi. Memang masih kalah jauh dengan penghobi Lovebird, tapi dalam satu gantangan, lomba Kenari bisa mencapai 2 kelas, A dan B, dan peserta sekitar belasan.
Piala yang diperoleh Kenari Armada milik Bungsu dari GNR SF Mojokerto, boleh dibilang sudah tidak terhitung jumlahnya. Baik yang Latber/Latpres dan Cup-Cup di Mojokerto dan kota-kota di sekitarnya. Piala sebagian disimpan Bungsu di rumahnya Desa Canggu, Kecamatan Jetis, Mojokerto, sebagian lagi dibawa kawan-kawan sesama anggota GNR SF.
Tentang kehebatan Armada, Bungsu bercerita bahwa burung ini tak kenal lelah meski setiap hari diajak turun ke gantangan. “Pernah tiga hari berturut-turut, Jumat dan Sabtu, saya yang membawa Armada ke gantangan, dan selalu mendapatkan juara. Minggunya karena saya lelah, Armada dibawa saudara saya, juga masih mendapatkan juara,” ujar Bungsu.
Bungsu tidak menampik jika lomba Kenari saat ini sepi peminat dan orang cenderung ikut Lovebird. Karena itu ia juga menyiapkan jago-jago dari Lovebirdnya. Tapi, meski kalah dengan Lovebird, Kenari di gantangan Mojokerto saat ini boleh dibilang mulai bangkit, ini terbukti dengan setiap gantangan yang selalu mengadakan lomba di kelas Kenari sampai dua kelas, dan pesertanya masih belasan.
Selain tak kenal lelah, Armada juga tidak kenal waktu dan tempat. Armada yang pernah mengikuti gantangan malam, juga sama saja menunjukkan kehebatannya. Bungsu mengaku tidak ada yang istimewa dari rawatan Armada. Baik itu harian maupun menjelang turun ke lomba. Hanya saja setiap pagi, Armada sambil menunggu sangkarnya dibersihkan, ia selalu masuk tenggaran sekitar 15-20 menit. Bahkan, terkadang Bungsu sampai lupa, karena ia juga ada pekerjaan lain sebagai penjual batagor di depan rumahnya.
“Bagaimana pun pekerjaan saya adalah penjual batagor, burung hanya hobi saya,” ujar Bungsu, yang dikenal pula di nama Batagor.
Bungsu mengaku mendapatkan Armada kira-kira 6 bulan yang lalu dari sesama penghobi burung kicauan, yang kebetulan ingin punya Cucak Hijau milik Bungsu, yang akhirnya terjadi barter antara Kenari dan Cucak Hijau. “Ya, waktu itu nilai uangnya sekitar 1,2 jutaan,” imbuhnya.
Bungsu mengaku bahwa ia sebenarnya menyukai semua burung kicauan, namun ketika Lovebird booming seperti saat ini, mau tidak mau ia harus mengikutinya. Armadanya menurut Bungsu sudah tidak ada tandingannya di Mojokerto. Karena itu, ia jarang membawa keluar Armada. “Hadiah lomba Kenari kurang menarik, sebab hadiahnya diambil dari jumlah peserta, coba kalau hadiahnya seperti Lovebird yang pesertanya banyak, saya pasti masih sangat senang membawa Armada kemana-mana,” ujarnya.
Perawatan harian Armada tidak ada yang istimewa, pun demikian saat akan turun lomba. “Perawatan harian yaitu tadi, rajin masuk tenggaran setelah itu masuk sangkar dan full krodong,” ujarnya.
Saat mau lomba, Armada hanya diberi makan sebutir jagung, begitu seterusnya, setiap kali mau naik gantangan selalu hanya diberi sebiji jagung. Pengamatan KONBUR, pecinta Kenari di Mojokerto sebenarnya masih banyak sekali. Di beberapa gantangan, bahkan banyak pecinta Lovebird namun memakai kaos Persatuan Kenari Mojokerto. Ketika ditanya, mereka selalu bilang, bagaimana lagi, musimnya sedang Lovebird, untuk sementara Kenarinya disimpan dulu di rumah, jawab mereka. (kb11)